Keunikan Aksara Bali Yang Perlu Dilestarikan
- Sumber Foto: richarddeangeli Links: https://i.pinimg.com/736x/3a/0d/55/3a0d5573a38dcc4bb0804089caba0862--balinese-symbols.jpg
Gumi Bali, VIVA Bali –Aksara Bali, juga dikenal sebagai Hanacaraka, adalah salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Pulau Bali. Aksara ini terutama digunakan untuk menulis bahasa Bali, Sanskerta, dan Kawi, tetapi dalam perkembangannya juga digunakan untuk menulis beberapa bahasa daerah lainnya seperti bahasa Sasak dan Melayu dengan tambahan dan modifikasi. Aksara Bali merupakan turunan dari aksara Brahmi India melalui perantara aksara Kawi dan berkerabat dekat dengan aksara Jawa. Aksara Bali aktif digunakan dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Bali sejak pertengahan abad ke-15 hingga kini dan masih diajarkan di Bali sebagai bagian dari muatan lokal, meski penerapannya dalam kehidupan sehari-hari telah berkurang.
Aksara Bali adalah sistem tulisan abugida yang terdiri dari sekitar 18 hingga 33 aksara dasar, tergantung dari penggunaan bahasa yang bersangkutan. Seperti aksara Brahmi lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu. Arah penulisan aksara Bali adalah kiri ke kanan. Secara tradisional aksara ini ditulis tanpa spasi antarkata (scriptio continua) dengan sejumlah tanda baca.
Ada 47 huruf dalam aksara Bali, masing-masing mewakili suku kata dengan vokal bawaan /a/ atau /ə/ di akhir kalimat, yang berubah tergantung pada diakritik di sekitar huruf tersebut. Bahasa Bali murni dapat ditulis dengan 18 huruf konsonan dan 9 huruf vokal, sedangkan transliterasi Sansekerta atau kata pinjaman dari bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno menggunakan set lengkap. Satu set huruf yang dimodifikasi juga digunakan untuk menulis bahasa Sasak. Setiap konsonan memiliki bentuk konjungsi yang disebut gantungan yang membatalkan vokal bawaan suku kata sebelumnya.
Tanda baca meliputi koma, titik, titik dua, serta tanda untuk memperkenalkan dan mengakhiri bagian teks. Notasi musik menggunakan simbol seperti huruf dan tanda diakritik untuk menunjukkan informasi nada. Teks ditulis dari kiri ke kanan tanpa batas kata (Scriptio continua).
Ada juga seperangkat "huruf suci" yang disebut aksara modre yang muncul dalam teks keagamaan dan jimat pelindung. Sebagian besar dari mereka dibuat menggunakan ulu candra diakritik dengan karakter yang sesuai. Sejumlah karakter tambahan, yang diketahui digunakan sebaris dalam teks (bukan sebagai hiasan pada gambar), masih dalam penelitian dan karakter-karakter tersebut diharapkan akan diusulkan sebagai perluasan bahasa Bali pada waktunya.
1. Akṣara Wreastra (wresastra)
Aksara Bali yang berjumlah 18 huruf ini dikenal dengan aksara wreastra (wresastra), yaitu: