Pusung Tagel, Sanggul Tradisional Bali yang Melambangkan Kedewasaan Wanita dan Pelestarian Budaya
- https://www.instagram.com/p/DBODM-tz2em/?img_index=1&igsh=ajVqNGY3dGVjeDh6
Budaya, VIVA Bali –Bali memiliki warisan budaya rambut yang ikonik dan penuh filosofi, yaitu pusung tagel. Terletak sebagai bagian dari tradisi masyarakat Hindu Bali, khususnya di wilayah seperti Gianyar, sanggul ini menjadi mahkota bagi wanita dewasa yang telah menikah, menjadikannya simbol identitas kecantikan dan kedewasaan. Awalnya berasal dari adat leluhur, pusung tagel kini dikembangkan sebagai elemen pelestarian budaya yang memadukan estetika, mitos, dan pendidikan vokasi (indonesia.org).
Pembentukan pusung tagel dilansir dari indonesia.org, dilatarbelakangi oleh kepercayaan mistis masyarakat Bali terhadap rambut sebagai mahkota wanita, di mana rambut panjang menjadi identitas khususnya bagi penari pragina. Di masa lalu, mengikat rambut merupakan kewajiban untuk menghindari tabu seperti mengurai rambut saat upakara (majejaitan/metanding), sembahyang, memasuki pura, atau sandi kala (pertemuan siang-sore-menjelang malam), karena dianggap mengganggu energi spiritual dan praktis saat aktivitas ritual. Dengan desain yang menggabungkan elemen tradisional Bali seperti bentuk menyerong ke samping, penyawat (kiri), batun pusungan (bulatan tengah), dan tagelan (kanan lebih besar), pusung tagel menciptakan harmoni antara fungsi sehari-hari dan nilai filosofis kedewasaan.
Hingga saat ini, pusung tagel masih lestari sebagai bagian dari upacara Manusa Yadnya (pernikahan) dan kehidupan adat di Bali, tanpa peresmian modern tapi melalui pelatihan turun-temurun. Instruktur kecantikan LKP Dewi, Dewa Ayu Putu Herlina Pebriyani, pada kemdikbud.go.id, menegaskan bahwa sanggul ini hanya untuk wanita menikah sebagai tanda kedewasaan, sementara gadis menggunakan pusung gonjer. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mendorong pelestarian via lembaga kursus dan pelatihan (LKP) bidang kecantikan, seperti LKP Dewi di Gianyar. Program vokasi ini sedang dikembangkan dan diperkirakan meluas pada 2025, dengan target generasi muda terlibat dalam workshop budaya. Setelah itu, pusung tagel akan semakin dikenal sebagai ikon pelestarian Nusantara yang autentik dan tak tertandingi.
Hingga saat ini, sejumlah elemen pembuatan pusung tagel telah diajarkan di LKP, antara lain: persiapan rambut tambahan (cemara) untuk volume; pembagian rambut depan-belakang; sasak depan menjadi sunggaran; ikat belakang kuat di tengah kepala; pasang cemara (100-120 cm) rapat; pilin dengan rambut asli untuk bentuk batun pusungan (mutar kiri bawah ke kanan atas); teku ujung kanan untuk tagelan lebih besar; sisakan rambut untuk selipan dan jepit kuat di pangkal. Selain itu, akan ditambahkan variasi aksesoris seperti bunga atau ornamen adat untuk upacara, yang akan memperkaya daya tarik budaya di Bali (kemdikbud.go.id).
Selain menjadi simbol kedewasaan dan keindahan tradisional di Bali, pusung tagel juga diharapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi kreatif di wilayah seperti Gianyar. Dengan pengembangan pelatihan vokasi, pemerintah provinsi Bali akan mendapatkan sumber pendapatan dari pariwisata budaya dan workshop, sementara masyarakat lokal—terutama perempuan—akan merasakan dampak positif berupa peningkatan keterampilan, usaha tata rias, dan lapangan kerja.
Pusung tagel menawarkan pengalaman budaya yang menggabungkan estetika rambut tradisional Bali dengan filosofi mistis dan pendidikan vokasi melalui LKP. Sanggul ini menjadi bukti bahwa Bali tidak hanya kaya akan adat dan spiritualitas, tetapi juga mampu melestarikan warisan leluhur di tengah perkembangan zaman.