Megengan Jejak Budaya Islam dan Jawa Sambut Ramadan

Acara Megengan Sambut Ramadhan.
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/BxBUqbNh17O/?igsh=bm10c3JrNHprcHhi

Ciri khas lain adalah sajian makanan, terutama kue apem. Kue ini dianggap wajib karena memiliki makna simbolis. Kata apem diyakini berasal dari bahasa Arab ‘afwan yang berarti maaf. Kehadiran apem menjadi lambang permohonan ampun kepada Allah SWT sekaligus permohonan maaf kepada sesama manusia.

Selain apem, berbagai hidangan lain seperti nasi berkat, jajanan pasar, hingga lauk-pauk sederhana juga dibagikan kepada tetangga dan hadirin. Proses berbagi makanan ini memperkuat rasa kebersamaan sekaligus mencerminkan nilai gotong royong yang melekat pada masyarakat Jawa.

Makna Filosofis Megengan

Bagi masyarakat Jawa, Megengan bukan sekadar acara adat, melainkan sebuah simbol perjalanan batin. Ada beberapa makna penting di dalamnya:

  1. Permohonan Maaf , tradisi ini menjadi momentum untuk saling memaafkan dan membersihkan hati sebelum memasuki Ramadan,
  2. Penguatan Persaudaraan, dengan doa dan makan bersama, masyarakat mempererat hubungan sosial serta menumbuhkan rasa kebersamaan.
  3. Persiapan Spiritual
  4. Megengan menjadi ajang introspeksi diri agar siap secara mental maupun spiritual menghadapi ibadah puasa.
  5. Pewarisan Budaya, tradisi ini menjadi sarana mewariskan nilai-nilai luhur dari generasi ke generasi, agar identitas budaya Jawa tetap terjaga.

Megengan di Tengah Modernisasi

Kini, sebagian masyarakat modern mulai melaksanakan Megengan dengan lebih praktis. Ada yang menggelarnya di masjid atau musala dengan sederhana, bahkan ada pula yang cukup membagikan makanan ke tetangga tanpa mengadakan doa bersama. Meski begitu, nilai inti tradisi ini tetap lestari, yaitu menahan diri, mempererat persaudaraan, dan memohon maaf sebelum memasuki Ramadan.