Fenomena Thrift Haul Jadi Sustainable Fashion atau Sekadar Gaya?
- Natee Meepian/Istock
Lifestyle, VIVA Bali – Belanja baju bekas atau thrift shopping memang bukanlah hal baru. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, popularitasnya melejit lagi berkat media sosial. Generasi muda, khususnya Gen Z, ramai berburu pakaian vintage, unik, dan tentu saja harganya jauh lebih terjangkau. Salah satu konten yang sering muncul di TikTok, Instagram, dan YouTube adalah thrift haul, yaitu video atau foto seseorang yang memamerkan hasil belanjaan barang bekas mereka.
Dari sudut pandang lingkungan, thrift haul sering dianggap bagian dari gerakan sustainable fashion. Konsep ini mengusung prinsip meminimalkan limbah tekstil, mengurangi konsumsi barang baru, dan memperpanjang umur pakai pakaian yang sudah ada. Beberapa manfaat berbelanja thrift:
1. Mengurangi Limbah Tekstil
Membeli barang bekas membantu mengurangi jumlah pakaian yang berakhir di tempat pembuangan sampah.
2. Harga Lebih Terjangkau
Cocok bagi generasi muda yang ingin tampil stylish tanpa harus merogoh kocek yang terlalu dalam.
3. Mendukung Ekonomi Lokal
Banyak usaha kecil yang bergerak di bisnis thrift, sehingga pembelianmu ikut membantu roda ekonomi mereka.
Namun, tren thrift haul juga tidak luput dari kritik. Meski tujuannya terdengar mulia, praktiknya bisa memunculkan persoalan baru seperti:
1. Banyak orang justru overconsumption, membeli terlalu banyak hanya karena harga murah, padahal tidak benar-benar membutuhkan.
2. Ada yang membeli thrift hanya untuk sekadar konten, bukan karena kesadaran lingkungan. Baju yang dibeli pun kerap tak terpakai setelah sekali tampil.
3. Tren thrift haul turut memengaruhi harga barang thrift, membuatnya lebih mahal dan sulit dijangkau masyarakat yang sebenarnya bergantung pada pakaian bekas sebagai kebutuhan pokok.
Jadi, apakah thrift haul benar-benar termasuk sustainable fashion? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Semua bergantung pada bagaimana kita melakukannya. Kalau belanja thrift dilakukan dengan bijak, dengan hanya membeli baju yang benar-benar diperlukan, dan memanfaatkan barang secara maksimal, tentu langkah ini sangat positif bagi lingkungan. Namun jika hanya sekadar mengikuti tren demi konten viral, esensi sustainability jadi terabaikan.
Intinya, thrift haul bisa menjadi bagian dari gaya hidup berkelanjutan, asalkan tidak terjebak konsumsi impulsif. Mari jadikan belanja barang bekas bukan cuma gaya, tetapi juga cara nyata berkontribusi menjaga bumi.