Sering Sesak dan Mudah Lelah? Bisa Jadi Tanda Gagal Jantung!

Ilustrasi ketika seseorang terkena serangan jantung.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/photo/close-up-of-a-man-in-blue-polo-shirt-with-hands-on-chest-14569658/

Kesehatan, VIVA BaliGagal jantung bukan sekadar istilah medis, tetapi kondisi serius yang bisa mengancam nyawa. Banyak orang masih belum memahami bahwa gagal jantung adalah kondisi ketika jantung tidak mampu memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh. Akibatnya, fungsi organ-organ penting bisa terganggu, bahkan berhenti bekerja.

“Gagal jantung adalah sindrom klinis yang ditandai dengan gejala utama seperti sesak napas, pembengkakan di pergelangan kaki, dan mudah lelah saat beraktivitas,” jelas dr. Novi Yanti Sari, Sp.JP, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Siloam Kebon Jeruk dan Lippo Village.

Gagal jantung tidak terjadi tiba-tiba. Gejala awalnya sering tidak disadari karena dianggap sebagai kelelahan biasa. Padahal, gejala-gejala tersebut bisa menjadi tanda adanya masalah serius pada jantung.

Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain:

Mudah lelah, bahkan saat melakukan aktivitas ringan.

Sesak napas, terutama ketika berbaring atau saat malam hari.

Bengkak di pergelangan kaki, tungkai, atau perut, akibat penumpukan cairan.

Terbangun tiba-tiba di malam hari karena sesak napas (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea).

Peningkatan tekanan vena di leher dan suara ronkhi pada paru-paru.

“Gejala sesak napas pada gagal jantung sisi kiri terjadi karena penumpukan cairan di paru-paru. Sedangkan jika gagal jantung terjadi pada sisi kanan, gejalanya lebih dominan pada pembengkakan di tungkai dan perut akibat cairan menumpuk di sistem sirkulasi,” jelas dr. Novi.

Banyak orang masih salah kaprah dengan menganggap gagal jantung sama dengan serangan jantung. Padahal keduanya berbeda.

Gagal jantung adalah kondisi kronis akibat penurunan kemampuan otot jantung dalam memompa darah, yang bisa berlangsung lama dan memburuk secara bertahap.

Serangan jantung adalah kondisi akut yang terjadi tiba-tiba akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner yang memasok darah ke otot jantung.

Gagal jantung tidak berdiri sendiri. Ada berbagai kondisi yang menjadi penyebab utamanya, antara lain:

Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Penyakit jantung koroner

Gangguan katup jantung

Gangguan irama jantung (aritmia)

Diabetes dan obesitas

Infeksi pada otot jantung (viral myocarditis)

Penyakit autoimun atau gangguan metabolik kronis

“Orang dengan riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, atau obesitas termasuk dalam kelompok yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami gagal jantung, terutama pada usia lanjut,” tegas dr. Novi.

Penanganan gagal jantung harus dilakukan sesegera mungkin. Prinsip utama penanganan adalah mengurangi beban kerja jantung, mengatasi gejala, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan risiko kematian.

Penanganan mencakup:

1. Terapi Obat-Obatan

Menggunakan kombinasi obat untuk membantu kerja jantung, mengurangi penumpukan cairan, dan memperbaiki fungsi pompa jantung.

2. Cardiac Resynchronization Therapy (CRT)

Alat pacu jantung khusus bagi pasien dengan gangguan kelistrikan jantung yang menyebabkan kontraksi jantung tidak sinkron. Alat ini membantu bilik kiri dan kanan jantung berdetak lebih selaras, sehingga efisiensi pompa jantung meningkat.

3. Left Ventricular Assist Device (LVAD)

Pompa mekanik yang dipasang untuk membantu fungsi jantung pada pasien dengan gagal jantung berat yang tidak lagi membaik dengan obat-obatan.

4. Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO)

Alat bantu sirkulasi dan oksigenasi untuk menangani kondisi gagal jantung akut yang tidak dapat ditangani dengan metode konvensional.

5. Transplantasi Jantung

Jika semua terapi tidak lagi efektif, transplantasi jantung menjadi pilihan terakhir untuk menyelamatkan nyawa pasien.

“Semakin cepat gagal jantung didiagnosis dan ditangani, hasilnya akan jauh lebih baik. Sebaliknya, jika penanganan terlambat, kondisi bisa memburuk secara progresif dan menurunkan harapan hidup pasien,” kata dr. Novi.

Gagal jantung bukan vonis mati. Dengan penanganan yang tepat, pasien dapat hidup lebih lama dan lebih berkualitas. Kuncinya adalah:

Menjaga tekanan darah tetap stabil.

Mengontrol kadar gula darah dan kolesterol.

Menjaga berat badan ideal.

Berhenti merokok dan menghindari alkohol.

Rutin berolahraga.

Memeriksakan kesehatan secara berkala, khususnya bagi mereka yang memiliki faktor risiko.

Jantung adalah pusat kehidupan. Gagal jantung bisa menyerang siapa saja, terutama mereka dengan riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung koroner. Mengenali gejala sejak dini dan melakukan penanganan secara tepat dapat menyelamatkan nyawa serta meningkatkan kualitas hidup.