Telinga Cuma Satu Pasang, Jangan Rusak Gara-gara Musik!

Ilustrasi Wanita sedang menggunakan Earphone.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/photo/woman-wearing-white-shirt-near-white-printer-paper-1876279/

Kesehatan, VIVA BaliEarphone dan headphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Digunakan saat bekerja, belajar, hingga bersantai, perangkat ini membantu kita tetap terhubung dengan dunia suara. Namun, penggunaan yang tidak bijak dapat mengancam kesehatan pendengaran, bahkan menyebabkan tuli di usia muda.

Dalam diskusi kesehatan yang diadakan secara daring dari Jakarta, Kamis (13/6), dokter spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan-Kepala dan Leher (THT-KL) RS Universitas Indonesia, Dr. dr. Fikri Mirza Putranto, mengingatkan pentingnya memilih dan menggunakan personal listening device dengan cara yang aman.

Bahaya Tersembunyi di Balik Musik Favorit

Menurut Fikri, beberapa model alat dengar seperti earbuds, headphone (over-ear), hingga bone conduction dapat menghasilkan suara hingga 95–110 desibel. Padahal, batas aman pendengaran manusia hanya membolehkan paparan suara dengan intensitas tersebut selama 15 menit.

"Sayangnya, masyarakat cenderung menggunakan earphone lebih dari satu jam, bahkan ada yang memakainya sampai tertidur," ujar Fikri.

Paparan suara keras secara terus-menerus dapat merusak sel rambut halus di telinga bagian dalam yang berfungsi menangkap getaran suara. Jika kerusakan ini terjadi permanen, satu-satunya cara mengembalikan fungsi pendengaran adalah dengan alat bantu dengar atau implan koklea.

Tips Aman Gunakan Earphone ala Dokter THT

Untuk menjaga kesehatan telinga, Fikri menyarankan beberapa langkah praktis berikut:

Gunakan fitur noise cancelling.

Teknologi ini membantu meredam suara bising dari luar, sehingga volume tidak perlu dinaikkan terlalu tinggi.

“Ini sangat aman digunakan di tempat ramai karena bisa menekan keinginan untuk menaikkan volume,” jelas Fikri.

Ikuti aturan 60/60.

Gunakan earphone maksimal 60 menit per hari dengan volume tidak lebih dari 60% dari kapasitas perangkat.

Istirahatkan telinga.

Lakukan jeda minimal 5 menit setiap satu jam pemakaian untuk memberi waktu pemulihan bagi telinga.

Pilih bone conduction sebagai alternatif.

Jenis ini bekerja dengan menghantarkan suara melalui tulang tengkorak, sehingga tidak menutup telinga sepenuhnya.

“Kelebihannya, pengguna tetap bisa mendengar suara lingkungan, sangat cocok untuk berolahraga di luar ruangan,” katanya.

Waspadai Efek Samping Earbuds

Model earbud yang langsung masuk ke liang telinga berisiko meningkatkan produksi serumen (kotoran telinga). Hal ini bisa menyebabkan gatal dan iritasi.

“Jangan sekali-kali mengorek telinga kalau terasa gatal. Cukup bersihkan earbud secara berkala dan simpan di tempat bersih,” tambahnya.

Pemeriksaan Pendengaran Itu Penting

Bagi pengguna aktif alat dengar pribadi, Fikri menyarankan melakukan pemeriksaan pendengaran setahun sekali. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi gejala gangguan pendengaran sejak dini, sebelum menjadi kondisi kronis.

“Jika sudah terjadi penurunan fungsi, alat bantu dengar bisa membantu memperbaiki kualitas hidup. Dalam kasus berat seperti pada atlet menembak, implan koklea menjadi pilihan utama,” jelasnya.

Dengarkan Dunia, Jangan Abaikan Suara Tubuh

Alat dengar pribadi adalah teknologi yang memudahkan, tetapi harus digunakan dengan bijak. Dengarkan musik, podcast, atau video favorit Anda—namun jangan sampai mengorbankan kesehatan telinga.

“Gunakan dengan benar, jaga volume, dan jangan lupa istirahatkan telinga. Ingat, telinga hanya ada dua, dan tak bisa diganti,” tutup Fikri.