Tradisi Tahlilan Jawa, Selamatan Keagamaan Malam Pertama Kematian, ke-7, ke-40, ke-100 Hingga ke-1000
- https://www.instagram.com/p/DOyLJvgE7FR/?igsh=dWhzaTQ5N3RyMmow
Tahlilan mencerminkan integrasi nilai Islam dengan kepercayaan Kejawen. Pembacaan tahlil, ayat-ayat Al-Qur’an, dzikir, dan shalawat menjadi inti kegiatan, sedangkan unsur lokal hadir dalam tata cara penyelenggaraan, seperti tumpeng dan hidangan selamatan.
Meskipun bukan kewajiban secara syariat, masyarakat Jawa memandang tahlilan sebagai bentuk penghormatan dan wujud kasih sayang terhadap orang yang telah berpulang.
Tata Cara Tahlilan
Acara tahlilan biasanya dimulai dengan duduk bersila bersama di ruang tengah rumah almarhum. Pemimpin doa memandu pembacaan tahlil, ayat Al-Qur’an, dan shalawat. Setelah itu, hadirin menikmati hidangan bersama, seperti nasi tumpeng atau berkat yang telah disiapkan keluarga. Rangkaian ini menjadi simbol berbagi rezeki sekaligus penutup yang menguatkan rasa kebersamaan.
Lebih dari sekadar ritual, tahlilan memperlihatkan kepedulian sosial yang tinggi. Kehadiran tetangga dan kerabat memberi dukungan moral kepada keluarga yang sedang berduka. Tradisi ini juga mengajarkan bahwa musibah kematian bukan hanya menjadi tanggungan keluarga, melainkan turut dirasakan oleh seluruh komunitas.