Mengulik Tradisi Rokat Pandhaba, Warisan Sakral Madura untuk Perlindungan Anak
- https://vt.tiktok.com/ZSDMkNSrj/
Budaya, VIVA Bali – Rokat Pandhaba adalah salah satu tradisi tua yang hingga kini tetap dilestarikan oleh masyarakat Madura, khususnya di Desa Karanganyar. Upacara ini diyakini sebagai sarana melindungi anak yang disebut pandhaba dari nasib buruk, roh jahat, maupun gangguan mistis yang konon bisa menghalangi perjalanan hidupnya. Selain itu, Rokat Pandhaba juga menjadi wujud rasa syukur sekaligus doa agar anak yang diruwat memperoleh keselamatan dan keberkahan sepanjang hidupnya.
Kata pandhaba berasal dari istilah Jawa pandawa, merujuk pada Pandawa Lima dalam epos Mahabarata: Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Cerita tentang peperangan antara Pandawa dan Kurawa dalam perebutan tahta Hastinapura diyakini berpengaruh pada munculnya istilah ini di Madura. Dalam tradisi lokal, anak pandhaba adalah anak yang lahir dalam kondisi khusus, seperti keluarga yang seluruh anaknya laki-laki atau seluruhnya perempuan.
Tujuan dan Nilai Filosofis
Tradisi Rokat Pandhaba tidak sekadar prosesi adat, tetapi sarat dengan pesan moral dan spiritual. Ada tiga tujuan utama dalam pelaksanaannya:
Menolak Bala
Upacara ini dipercaya mampu menghindarkan anak dari kesialan, malapetaka, dan gangguan makhluk gaib seperti Bhatarakala.
Memohon Keselamatan
Doa-doa yang dibacakan ditujukan agar anak senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT.
Mendidik dengan Baik
Melalui simbol-simbol dalam ritual, orang tua diingatkan untuk mengasuh anak dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.
Prosesi Rokat Pandhaba
Pelaksanaan Rokat Pandhaba umumnya dilakukan dengan khidmat dan penuh kebersamaan. Rangkaian acaranya meliputi:
1. Pembukaan dan Doa
Acara diawali dengan pembacaan tahlil dan doa keselamatan untuk anak serta keluarga.
2. Pemandian Anak Pandhaba
Anak dimandikan sebagai simbol penyucian lahir batin dari hal-hal buruk.
3. Upacara Penebusan
Tersaji hidangan khusus yang kemudian “diperebutkan” oleh hadirin sebagai lambang keberkahan yang harus dibagikan.
4. Pertunjukan Topeng Dhalang
Dalam beberapa daerah, prosesi ini dilengkapi dengan pagelaran topeng dhalang yang mengisahkan legenda Bhatarakala sebagai pengingat akan bahaya yang harus dijauhi.
Makna Spiritual dan Sosial
Rokat Pandhaba mencerminkan perpaduan antara ajaran Islam dengan kearifan lokal Madura. Masyarakat meyakini bahwa selama tidak bertentangan dengan syariat, tradisi ini termasuk dalam kategori bid’ah mubahah, yakni boleh dilaksanakan karena menjadi sarana doa dan syukur kepada Tuhan. Lebih dari itu, upacara ini juga mempererat hubungan sosial, karena pelaksanaannya selalu melibatkan keluarga besar dan tetangga sekitar.
Sebagai salah satu ritual unik Nusantara, Rokat Pandhaba menjadi bukti kekayaan budaya Madura yang mengajarkan pentingnya perlindungan, syukur, dan kebersamaan. Di tengah arus modernisasi, pelestarian tradisi ini perlu terus digencarkan agar generasi muda memahami akar budaya sekaligus nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.