Makna Dibalik Penamaan Nama Anak di Bali yang Tak Banyak Orang Tahu
- Sumber https://www.pexels.com/photo/people-during-traditional-ceremony-15193008/
Gumi Bali, VIVA Bali –Jika Anda pernah datang ke Bali atau berinteraksi dengan masyarakatnya, Anda mungkin familiar dengan nama-nama seperti Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut. Nama-nama ini bukan sekadar identitas, tetapi juga mencerminkan sistem penamaan tradisional Bali yang sarat makna dan masih dijaga hingga sekarang.
Dalam budaya Bali, pemberian nama sangat terkait erat dengan urutan kelahiran. Sistem ini terutama digunakan oleh masyarakat dari kalangan non-bangsawan. Namun, lebih dari sekadar penanda urutan lahir, setiap nama menyimpan filosofi dan makna tersendiri yang tak banyak diketahui orang luar.
Anak sulung umumnya diberi nama Wayan, yang berasal dari kata wayahan, artinya 'yang lebih tua'. Alternatif lain adalah Putu dan Gede, yang masing-masing berarti 'cucu' dan 'besar'.
Nama Gede biasanya lebih umum untuk anak laki-laki, sedangkan pada perempuan kerap ditambahkan awalan Luh. Sementara itu, kalangan bangsawan cenderung memilih nama Putu dibandingkan Wayan atau Gede.
Untuk anak kedua, nama Made menjadi pilihan utama. Kata ini berasal dari madya, yang berarti 'tengah'. Di beberapa wilayah, nama Nengah atau Negah juga digunakan dengan makna serupa.
Bentuk lain seperti Kadek atau Kade diyakini berasal dari kata adi, yang artinya ‘adik’. Di kalangan bangsawan, nama Made dan Kade lebih disukai ketimbang Nengah atau Kadek.
Anak ketiga biasanya dinamai Nyoman atau Komang. Ada dugaan bahwa Nyoman berasal dari kata anom yang berarti ‘muda’, sementara Komang adalah bentuk variasinya. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa nama ini mungkin berasal dari kata uman, yang berarti 'sisa', merujuk pada posisi anak tersebut dalam urutan kelahiran.
Sementara itu, anak keempat diberi nama Ketut. Nama ini dipercaya berasal dari kata kitut atau ketuwut, yang memiliki arti ‘mengikut’ atau ‘membuntuti’. Dalam bahasa Bali kuno, istilah kitut juga merujuk pada bagian pisang paling kecil yang terletak di ujung sisir.
Tradisi penamaan ini hanya mengenal empat urutan nama utama. Jika sebuah keluarga memiliki lebih dari empat anak, maka penamaan biasanya diulang dari awal, dimulai lagi dengan Wayan untuk anak kelima, dan seterusnya.
Bali menyimpan keragaman budaya, termasuk dalam penamaan anak
- Sumber https://www.pexels.com/photo/people-during-traditional-ceremony-15193008/
Beberapa keluarga menambahkan kata "Balik" setelah nama depan untuk menunjukkan bahwa anak tersebut lahir setelah anak keempat. Ada juga yang memilih kata seperti "Alit" atau "Cenik", yang berarti kecil.
Menariknya, sistem penamaan berdasarkan urutan kelahiran ini dulunya lebih banyak digunakan oleh kalangan kasta atas. Sementara itu, masyarakat dari kasta sudra lebih memilih penamaan yang langsung diawali dengan I (untuk laki-laki) atau Ni (untuk perempuan), seperti I Swasta atau Ni Ronji.
Namun seiring waktu, sistem penamaan berurutan ini mulai diadopsi secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat Bali dan kini menjadi ciri khas budaya mereka.