Kecerdasan Kuno di Balik Sawah Terasering Bali, Inilah Sistem Subak yang Diakui UNESCO

Kecerdasan kuno Subak kini diakui sebagai Warisan Dunia
Sumber :
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbali/wp-content/uploads/sites/14/2018/08/DSC_1477.jpg

Gumi Bali, VIVA Bali – Pemandangan sawah terasering Bali yang menghijau dan berundak-undak adalah salah satu citra paling ikonik yang terlintas di benak banyak orang saat memikirkan Pulau Dewata. Namun, di balik keindahan visual yang memukau tersebut, tersimpan sebuah mahakarya peradaban yang jauh lebih dalam. Sebuah sistem pengelolaan air yang kompleks, adil, dan berkelanjutan yang dikenal sebagai Subak.

 

Ini bukan sekadar sistem irigasi biasa. Sistem Subak Bali adalah sebuah lanskap kultur hidup yang begitu cerdas dan unik hingga pada tahun 2012, UNESCO secara resmi menetapkannya sebagai warisan dunia UNESCO. Pengakuan ini menegaskan bahwa Subak bukanlah objek wisata semata, melainkan sebuah bukti nyata dari kearifan lokal yang relevan hingga hari ini.

 

Artikel ini akan mengupas kecerdasan di balik Subak, dari filosofi yang menjadi jantungnya hingga nilai-nilai universal yang membuatnya dikagumi oleh dunia, sebuah bagian penting dari budaya Bali.

 

Apa Itu Subak? Lebih dari Sekadar Sistem Irigasi

 

Secara sederhana, Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang memiliki aturan hukum adat dan otonomi dalam mengatur sistem irigasi untuk persawahan. Namun, definisinya jauh lebih luas dari itu. Berdasarkan penjelasan dari situs Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kemdikbud, Subak adalah manifestasi dari sebuah ekosistem buatan manusia yang sangat kompleks.

 

Sistem ini mencakup hutan sebagai sumber air, sawah terasering yang terhampar, jaringan kanal dan terowongan air sepanjang kilometer yang dibangun dengan tangan, serta pura-pura air (pura tirta) yang menjadi pusat spiritual dari setiap siklus penanaman. Semua elemen ini bekerja dalam harmoni yang luar biasa, diatur oleh para petani (pekaseh) itu sendiri secara demokratis.

 

Jantungnya Subak, Filosofi Tri Hita Karana

 

Kunci dari keberhasilan dan keberlanjutan Subak selama lebih dari seribu tahun terletak pada filosofi hidup yang mendasarinya, yaitu Filosofi Tri Hita Karana. Dilansir dari situs resmi UNESCO, filosofi ini adalah konsep yang menciptakan keharmonisan antara tiga elemen kehidupan.

1. Parahyangan (Harmoni dengan Tuhan), Aspek ini diwujudkan melalui pura-pura air yang tersebar di seluruh lanskap Subak. Para pendeta air memegang peran krusial dalam menentukan jadwal tanam dan mengatur pembagian air melalui ritual keagamaan. Air tidak dilihat sebagai komoditas, melainkan sebagai anugerah dari Tuhan yang harus dikelola dengan bijaksana.

2. Pawongan (Harmoni antar Manusia), Ini adalah aspek sosial dan demokrasi dari Subak. Para petani yang tergabung dalam satu Subak secara rutin mengadakan pertemuan (sangkepan) untuk membuat keputusan bersama mengenai distribusi air, pemeliharaan saluran irigasi, dan penyelesaian sengketa. Semangat gotong royong dan keadilan sangat dijunjung tinggi.

3. Palemahan (Harmoni dengan Alam), Aspek ini adalah wujud dari hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya. Sistem Subak memastikan bahwa air didistribusikan secara adil dari hulu ke hilir, menjaga kesuburan tanah, dan menciptakan sebuah ekosistem yang seimbang bagi flora dan fauna di sekitarnya.

 

Nilai Universal yang Diakui Dunia

 

Pengakuan UNESCO tidak datang tanpa alasan. Subak memiliki "Outstanding Universal Value" (OUV) atau Nilai Universal Luar Biasa yang membuatnya istimewa di mata dunia. Salah satu nilai utamanya adalah kemampuannya untuk menunjukkan bahwa sebuah sistem yang didasarkan pada nilai-nilai spiritual dan prinsip demokrasi dapat menciptakan ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan selama berabad-abad.

 

Di saat dunia modern berjuang dengan isu pengelolaan air dan konflik agraria, sistem Subak menawarkan sebuah model kearifan lokal yang sangat relevan. Inilah yang membuat pengalaman pariwisata budaya di Bali menjadi lebih dari sekadar melihat pemandangan, tetapi juga belajar dari sebuah peradaban yang agung.