I Gusti Ketut Jelantik, Tokoh Kunci dalam Perang Puputan Bali

Monumen I Gusti Ketut Jelantik di Desa Jagaraga, Buleleng, Bali
Sumber :
  • https://dinsos.bulelengkab.go.id/uploads/konten/58-kisah-patih-i-gusti-ngurah-rai-bersama-jro-jempiring-dalam-perang-puputan-jagaraga.jpeg

Makna "Puputan": Istilah "Puputan" berarti perang habis-habisan sampai titik darah penghabisan. Semangat ini sangat terlihat dalam Perang Jagaraga. Meskipun benteng Jagaraga dihujani tembakan meriam dengan gencar, tidak ada seorang pun Laskar Jagaraga yang mundur atau melarikan diri. Mereka memilih untuk bertempur hingga gugur.

Gugurnya I Gusti Ketut Jelantik: Perang Jagaraga mencapai puncaknya pada 19 April 1849. Belanda, dengan kekuatan yang lebih besar dan strategi yang diperbarui, akhirnya berhasil menembus benteng Jagaraga. I Gusti Ketut Jelantik bersama Raja Buleleng gugur dalam pertempuran tersebut. Meskipun kalah secara militer, perlawanan I Gusti Ketut Jelantik dan semangat puputan Jagaraga menjadi simbol keberanian, patriotisme, dan harga diri rakyat Bali.

Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional:

Atas jasa-jasa dan perjuangan gigihnya melawan penjajahan Belanda, I Gusti Ketut Jelantik ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 077/TK/Tahun 1993 pada 14 September 1993. Monumen Perang Jagaraga juga didirikan sebagai pengingat perjuangan beliau dan para pahlawan lainnya.