Cupping Kopi Saat Fajar, Tur Kebun Kopi Kintamani

Menjemput fajar di antara biji kopi terbaik
Sumber :
  • https://balistarisland.com/wp-content/uploads/2016/05/coffeeplantation2.jpg

Wisata, VIVA Bali – Kintamani, sebuah kawasan dataran tinggi di Kabupaten Bangli, Bali, semakin populer sebagai destinasi agrowisata kopi. Perpaduan antara panorama alam Gunung Batur dan Danau Batur dengan budaya pertanian tradisional menciptakan pengalaman unik bagi para wisatawan. Salah satu aktivitas unggulan adalah sesi cupping kopi pada waktu fajar sebuah metode standar penilaian kualitas biji kopi yang dilaksanakan di tengah aroma rempah dan udara pegunungan yang sejuk. Artikel ini menyajikan gambaran mendalam tentang tur kebun kopi Kintamani, mulai dari latar geografis hingga tata cara cupping, berdasarkan riset jurnal, dokumen pemerintah, serta publikasi resmi demi menjamin keakuratan dan orisinalitas informasi.

Spice Farm Tour dan Cooking, Petik Rempah lalu Masak Tradisional di Bali

 

Latar Geografis dan Iklim Kintamani

1. Ketinggian dan suhu udara
Kawasan Kintamani terletak pada ketinggian rata‑rata 1.400 meter di atas permukaan laut. Pada pagi hari, suhu udara bisa berkisar di angka 18–22 °C, menjadikannya sangat ideal untuk budidaya kopi Arabika yang menyukai suhu dingin dan intensitas cahaya matahari yang moderat.

Floating Brunch Boat, Kuliner Weekend di Perairan Benoa

2. Cagar Geopark
Sejak 2012, Kawasan Geopark Batur di Kintamani telah diakui sebagai UNESCO Global Geopark, menegaskan nilai geologi, budaya, dan keanekaragaman hayatinya. Status ini mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan wisata berkelanjutan serta pelestarian lingkungan.

 

Sejarah dan Perlindungan Indikasi Geografis

Tempat Foto Terbalik, Upside Down World Bali yang Menarik untuk Dicoba

1. Awal mula perkebunan kopi
Kopi pertama kali dibawa Belanda ke Bali pada akhir abad ke‑19. Seiring waktu, petani di lereng Gunung Batur mengembangkan cultivar Arabika yang disesuaikan dengan tanah vulkanik dan iklim dataran tinggi.

2. Sertifikat Indikasi Geografis (IG)
Pada 5 Desember 2008, “Kopi Arabika Kintamani Bali” menjadi produk pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat IG dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM. Perlindungan ini menjamin bahwa hanya kopi yang ditanam dan diproses di daerah Kintamani yang boleh menggunakan label tersebut.

 

Karakteristik Kopi Kintamani

1. Profil rasa
Biji kopi Arabika Kintamani dikenal memiliki keasaman cerah (bright acidity) dengan sentuhan rasa buah sitrus sering kali digambarkan seperti jeruk keprok atau lemon serta manis karamel. Sisa rasanya lembut dengan body sedang hingga penuh.

2. Proses pasca panen
Metode “full‑washed” masih banyak digunakan oleh petani lokal: buah kopi dipetik, dikupas kulitnya, difermentasi dalam air selama 12–24 jam, kemudian dicuci dan dijemur. Studi Sunarharum et al. (2019) menunjukkan bahwa variasi suhu air dan waktu fermentasi mempengaruhi kadar polifenol dan senyawa aromatik dalam biji kering.

 

Metode Cupping Kopi

1. Definisi dan tujuan
Cupping adalah prosedur standar yang digunakan para profesional kopi untuk menilai karakteristik sensorik biji kopi, mulai aroma kering, aroma basah, rasa, aftertaste, hingga mouthfeel.

2. Tahapan umum

- Penghalusan biji: Biji kopi dihaluskan secara kasar (grind size ~coarse) dan langsung dipindahkan ke dalam cangkir khusus.

- Pengamatan aroma kering: Aroma bubuk kopi dicatat sebelum penambahan air.

- Penuangan air panas: Air suhu 93–96 °C dituangkan hingga hampir penuh, lalu dibiarkan selama 4 menit.

- Pengikisan “crust”: Lapisan kerak pada permukaan diaduk perlahan, sambil menghirup aroma yang muncul.

- Pencicipan: Setelah kerak diangkat dan cangkir didiamkan 2–3 menit, kopi dicicip menggunakan sendok kopi khusus dengan cara slurping (diisap cepat) untuk menyebarkan cairan ke seluruh lidah.

3. Standar SCA
Specialty Coffee Association (SCA) menetapkan skala penilaian 0–10 untuk tujuh atribut utama. Hasil cupping kopi Kintamani umumnya berada di kisaran 7.5–8.5, tergantung batch dan musim panen.

 

Rangkaian Tur Kebun Kopi Kintamani

 

5.1 Jadwal Umum

1. Penjemputan: Sekitar pukul 05.00–05.30 WITA dari hotel atau meeting point di Penelokan (desa wisata utama di Kintamani).

2. Kunjungan Kebun: Sekitar pukul 06.00, wisatawan diajak berjalan kaki di antara barisan pohon kopi sambil mendapat penjelasan varietas dan praktik pertanian berkelanjutan.

3. Demo Pengolahan: Petani lokal mendemonstrasikan proses pengupasan, fermentasi, pencucian, hingga penjemuran biji kopi.

4. Sesi Cupping Fajar: Mulai pukul 07.30–08.30, peserta mengikuti cupping kopi yang baru dipanggang (roasted) dengan tingkat medium roast untuk menangkap profil rasa optimal.

5. Penutupan: Tur diakhiri dengan kesempatan membeli biji kopi, serta foto bersama latar Gunung dan Danau Batur.

 

Durasi total tur berkisar 4–6 jam. Harga tiket bervariasi, mulai dari USD 23.44 per orang, tergantung paket dan jumlah peserta.

 

5.2 Fasilitas dan Keselamatan

1. Panduan lokal bersertifikat: Disediakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangli untuk memastikan kualitas informasi dan standar keselamatan.

2. Perlengkapan: Sepatu trekking ringan, jas hujan (musim hujan), serta air mineral disediakan oleh penyelenggara tur.

3. Protokol kesehatan: Mengikuti pedoman pemerintah provinsi Bali, termasuk pengecekan suhu tubuh dan penggunaan masker saat berada di ruang tertutup.

 

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

1. Pemberdayaan petani
Kegiatan agrowisata meningkatkan pendapatan petani hingga 30%–50% melalui penjualan biji kopi langsung ke wisatawan dan tur operator. Sebagian hasil dipakai untuk perbaikan fasilitas irigasi dan pembelian peralatan pasca panen.

2. Pelestarian lingkungan
Skema UNESCO Global Geopark dan sertifikat IG memacu kolaborasi antara pemerintah, lembaga riset, dan masyarakat untuk menerapkan praktik ramah lingkungan, misalnya, agroforestry dengan tanaman sela (shade trees) untuk menjaga keanekaragaman hayati dan mencegah erosi.

 

Rekomendasi Persiapan dan Etiket Wisata

1. Pakaian: Kenakan lapisan pakaian (layering) karena suhu pagi masih dingin.

2. Kebersihan: Gunakan sepatu yang mudah dibersihkan, mengingat kondisi ladang yang bisa becek.

3. Etika fotografi: Minta izin sebelum memotret petani atau area privasi.

4. Pembelian lokal: Utamakan membeli kopi langsung dari petani untuk mendukung ekonomi lokal.

 


Cupping
kopi saat fajar di kebun kopi Kintamani bukan sekadar aktivitas turistik, melainkan jendela untuk memahami keterkaitan antara lingkungan, budaya, dan ilmu sensorik kopi. Dengan berlandaskan riset ilmiah dan dukungan regulasi pemerintah, dari sertifikat Indikasi Geografis hingga pengakuan UNESCO, tur ini menawarkan pengalaman mendalam tanpa mengesampingkan keberlanjutan. Bagi pecinta kopi dan penikmat perjalanan, sensasi menilai aroma, rasa, dan keunikan kopi Kintamani sambil menyambut matahari terbit adalah kenangan yang sulit terlupakan.