Kapal Penyeberangan KMP Tunu Pratama Jaya Terbalik di Selat Bali
- Istimewa
Jembrana, VIVA Bali –Sebuah insiden pelayaran kembali mengguncang perairan Bali. Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya mengalami kecelakaan serius saat sedang berlayar dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk, Bali, pada Rabu dini hari. Kapal tersebut dilaporkan mengalami kebocoran di ruang mesin, sebelum akhirnya terbalik dan hanyut terbawa arus laut.
Detik-Detik Kecelakaan Terjadi
Insiden ini pertama kali diketahui pada pukul 00.16 WITA melalui sinyal permintaan tolong yang dikirimkan kapal melalui saluran komunikasi Channel 17. Permintaan darurat itu mengindikasikan adanya kebocoran air di ruang mesin, sebuah tanda bahaya yang sangat krusial dalam dunia pelayaran.
Tiga menit kemudian, pukul 00.19 WITA, KMP Tunu Pratama Jaya dilaporkan mengalami blackout atau kehilangan daya listrik total. Kondisi ini memperburuk situasi, membuat kapal tidak dapat dikendalikan secara normal.
Kapal lain yang berada di sekitar lokasi, yaitu KMP Tunu Pratama Jaya 3888, langsung merespons dan bergerak mendekat untuk memberi bantuan. Namun, pada pukul 00.22 WITA, laporan terakhir menyebutkan bahwa kapal sudah dalam kondisi terbalik dan hanyut ke arah selatan, tepatnya di koordinat -08°09.371', 114°25.1569'.
Jumlah Penumpang dan Upaya Evakuasi
Kepala Seksi Keselamatan, Berlayar, Patroli, dan Penjagaan KSOP Tanjungwangi, Ni Putu Cahyani, membenarkan terjadinya insiden ini. Ia menyampaikan bahwa kapal mengangkut 53 orang penumpang, 22 unit kendaraan, dan 12 kru kapal.
"Hingga saat ini belum ada laporan resmi mengenai jumlah korban selamat maupun korban jiwa," ujar Cahyani saat dihubungi Bali.viva.co.id
Tim gabungan dari Basarnas, TNI AL, Polairud, dan pengelola pelabuhan kini tengah melakukan penyisiran dan pencarian intensif. Proses evakuasi difokuskan di titik lokasi kapal terakhir terdeteksi.
Cuaca Buruk Jadi Faktor Pemberat
BMKG menyebutkan bahwa tinggi gelombang di sekitar perairan Gilimanuk saat kejadian mencapai 2,5 meter. Kondisi ini tentu menyulitkan proses pelayaran, terutama jika kapal sudah dalam kondisi teknis yang tidak stabil.
“Cuaca memang sedang kurang bersahabat. Ombak cukup tinggi dan angin kencang. Ini bisa memperburuk dampak kebocoran yang terjadi di ruang mesin,” tambah Cahyani.
Koordinasi terus dilakukan antarinstansi guna memastikan keselamatan penumpang menjadi prioritas utama.