AI Mampu Meniru Guru, Tapi Tak Mampu Membimbing Jiwa Anak

AI dianggap belum bisa membangun karakter para murid
Sumber :
  • macrovector/freepik

Lifestyle, VIVA Bali – Dilansir dari sumber utama milik Fox News, dunia pendidikan sedang mengalami perubahan pesat. Pasalnya, perkembangan kecanggihan teknologi meliputi kecerdasan buatan (artificial intelligence) telah masuk dalam dunia pendidikan. Salah satunya, mendorong sistem pembelajaran dan kurikulum, menggunakan teknologi AI.

9 Cara Jitu Meningkatkan Bisnis Anda Lewat TikTok

 

 

Generasi Z dan Tantangan Dunia Kerja  Antara Ambisi dan Realita

 

Perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan tak semerta-merta hanya membawa inovasi terbaru kepada para murid. Penggunaannya yang kurang berhati-hati, berpotensi mengganggu cara berpikir dan moral mereka. Ditegaskan dari sumber Fox News, masa depan kemungkinan dapat dikuasai oleh mesin, melainkan oleh manusia.

Tips Agar Rambut Wangi Sepanjang Hari

 

 

 

Masih mengacu pada referensi utama, seorang pemimpin Universitas Southeastern di Florida, Amerika Serikat, sekaligus penulis artikel di media Fox News, menyampaikan, di tempat ia bekerja sebagai pemimpin, pemanfaatan kecerdasan buatan atau AI banyak digunakan oleh mahasiswa dalam mendukung proses pembelajaran, termasuk penelitian secara kritis, baik, dan cepat.

 

 

 

AI menurutnya memang dapat membantu para guru hebat lainnya, serta orang tua mempermudah anak-anak atau para murid mempelajari sesuatu hal baru. Tetapi, menambahkan tidak sepatutnya AI menjadi guru pengganti bagi mahasiswa.

 

 

 

Secanggih apa pun mesin teknologi, ia percaya, itu belum tentu menuntun manusia dengan bimbingan moral dan emosi seperti yang dipandu oleh banyak kalangan guru.

 

 

 

Pandangan berbeda tentunya muncul dari masyarakat lain, terutama yang mendukung teknologi buatan ini. Beberapa dari mereka tak sedikit yang antusias menerima kemungkinan di masa depan, pembelajaran melalui metode sistem teknologi yang cepat dan otomatis, semisal dengan posisi guru yang digantikan dengan robot.

 

 

 

Pendapat lain, yang juga tercantum dalam laman Fox News tersebut, bahwa kurikulum pendidikan dengan model bantuan teknologi canggih justru akan lebih netral dan bebas dari bias manusia. Namun menurut Dr. Kent Ingle, anggapan tersebut bisa keliru.

 

 

 

Ia mengungkapkan, tidak ada yang benar-benar netral terutama dalam lingkungan sebuah teknologi. Teknologi tersendiri dirancang dengan membawa suatu nilai dari yang menggagasnya. Lantas, jika pendidikan yang dijalani anak-anak digantungkan kepada perusahaan teknologi besar, justru artinya, masyarakat kita juga akan menyerahkan nilai yang kita miliki kepada perusahaan teknologi tersebut, yang mungkin saja itu dapat bertentangan dengan nilai atau prinsip diri dan keluarga kita.

 

 

 

Dalam pandangannya, sekolah bukan hanya tempat para anak-anak belajar dan berhitung. Namun sekolah penting dalam pembentukan karakter, bagaimana belajar cara hidup berdampingan dengan manusia lain dan alam sekitar, termasuk dalam proses pencapaian tujuan tiap individu. Paling penting lagi, sekolah membantu anak-anak belajar menjadi manusia.

 

 

 

Demikian menurutnya, AI masih belum punya kemampuan menggantikan posisi guru. Sebab guru masih punya peran penting sebagai pengajar, pembimbing, serta teladan dan contoh bagi anak-anak untuk hidup mereka.