Rahasia Sukses MPASI 6 Bulan Pertama yang Bikin Bayi Lahap Makan, Bunda Wajib Tahu!
- https://unsplash.com/photos/person-feeding-baby-FKwGPzwaGqc
Lifestyle, VIIVA Bali – MPASI 6 bulan pertama, momen yang ditunggu-tunggu sekaligus bikin deg-degan buat para bunda! Setelah 6 bulan memberikan ASI eksklusif, kini saatnya si kecil mulai mengenal makanan padat. Tapi gimana caranya supaya bayi lahap makan dan nggak GTM (Gerakan Tutup Mulut)?
Ternyata ada panduan khusus dari para ahli yang bikin MPASI pertama jadi sukses besar. Nggak perlu ribet atau bahan mahal, yang penting adalah memahami rekomendasi resmi dari WHO dan IDAI. Artikel ini akan membagikan panduan sukses MPASI yang wajib bunda ketahui!
Kenapa MPASI 6 Bulan Sangat Penting?
Kebutuhan energi dan nutrisi anak hingga usia 6 bulan dapat tercukupi oleh pemberian air susu ibu (ASI) saja. Dilansir dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian MPASI dapat diberikan apabila ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi (bayi usia sekitar 6 bulan).
WHO memiliki standar emas dalam pemberian makan untuk bayi, yaitu Inisiasi Menyusu Dini atau IMD yang dilakukan segera setelah bayi lahir, Pemberian ASI Ekslusif untuk bayi usia 0-6 bulan, Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) rumahan untuk bayi usia 6 bulan, dan Pemberian ASI terus dilanjutkan hingga 2 tahun atau lebih.
Rahasia Pertama - Kenali Tanda Bayi Siap MPASI Menurut Ahli
Pertama, bayi sudah berusia 6 bulan. Hal itu sesuai dengan rekomendasi WHO dan Ikatan Dokter Indonesia (IDAI). Selain usia, ada beberapa tanda lain yang perlu diperhatikan:
- Bayi memiliki kontrol kepala dan leher yang baik, serta bayi bisa duduk tegak saat ditopang
- Bayi berusaha menjangkau makanan orang dewasa
- Bayi kerap membuka mulut ketika Parents menawarkan mereka makanan dengan sendok
- Bayi menunjukkan rasa tertariknya jika ada orang lain makan di dekatnya
- Berkurangnya refleks melepeh (tongue-thrust reflex)
Rahasia Kedua - Tekstur yang Tepat Sesuai Panduan WHO
Pemberian MPASI harus disesuaikan dengan usia dan kemampuan motorik bayi. Berikut panduan dari MP-ASI Kemenkes: Tekstur: Lumat (puree), saring, atau halus (mashed). Contoh MPASI: Bubur susu, bubur nasi saring, sayuran tumbuk (kentang, wortel, labu), buah tumbuk (pisang, apel, pir).
Di usia 6 bulan bayi akan mulai menunjukkan respons membuka mulut ketika sendok didekatkan. Bayi juga dapat memindahkan makanan dari sendok ke mulut. Di usia antara 6-9 bulan bayi dapat memindahkan makanan dari satu sisi mulut ke sisi lainnya.
Rahasia Ketiga - Menu MPASI Rekomendasi Ahli Gizi
Makanan yang Direkomendasikan untuk MPASI 6 Bulan:
Brokoli, wortel, nasi, kentang, pisang, apel, alpukat, dan kacang polong bisa menjadi pilihan di awal masa MPASI. Sumber protein, seperti telur, tahu, ikan, dan daging sapi juga perlu diperkenalkan kepada bayi. Pastikan makanan yang diberikan matang dan dihaluskan. Hindari penambahan gula, garam, dan madu, yang berbahaya untuk bayi usia di bawah 1 tahun.
Komposisi MPASI Menurut Kemenkes: Menu lengkap MPASI dengan kandungan makronutrien dan mikronutrien sebagai berikut: Karbohidrat, terdiri dari makanan pokok seperti nasi, kentang, gandum, jagung atau ubi. Protein hewani, terdiri dari daging sapi, daging ayam/unggas, ikan, dan telur.
Rahasia Keempat - Frekuensi Pemberian Sesuai WHO
MPASI bisa diberikan 2-3 kali sehari di usia 6-8 bulan. Jumlah ini bisa ditingkatkan menjadi 3-4 kali sehari antara 9-11 bulan dan 12-24 bulan. WHO menganjurkan untuk memberikan bayi 6 bulan makanan pendamping ASI (MPASI) sebanyak 2 sampai 3 kali dalam sehari.
Dalam sekali makan, Parents bisa terlebih dahulu mengenalkan dengan memberikan 2 atau 3 sendok makanan pada awalnya. Baru setelah itu ditambah porsinya sesuai dengan kemampuan bayi.
Rahasia Kelima - Cara Menghindari GTM Menurut Ahli
Buat lingkungan makan anak menyenangkan dan kondusif. MPASI diberikan terjadwal dengan tiga makanan utama dan dua camilan dalam porsi kecil. Stimulasi anak untuk mulai makan sendiri dan bersihkan mulut hanya ketika selesai makan.
Berikan variasi makanan untuk mengenalkan rasa dan zat gizi berbeda. Interaksi saat makan penting untuk mendukung perkembangan sosial dan emosional bayi. Jangan menyerah jika bayi menolak makanan baru. Coba ulangi beberapa hari kemudian.
Rahasia Keenam - Pantangan MPASI dari WHO dan IDAI
Beberapa makanan tidak disarankan untuk bayi usia di bawah 1 tahun. Dilansir dari panduan Kemenkes, yaitu: Susu sapi murni (karena berisiko gangguan ginjal dan alergi). Madu (risiko botulisme). Jus buah kemasan, terutama yang mengandung gula tambahan. Makanan keras atau bulat (kacang utuh, permen) yang berisiko tersedak. Penyedap rasa dan garam berlebih (tidak disarankan sebelum 1 tahun).
Rahasia Ketujuh - Hygiene dan Keamanan Pangan
MPASI harus disiapkan secara higienis dan diberikan menggunakan peralatan bersih. Hindari makanan sisa atau yang tidak disimpan dengan benar. Untuk menjaga kualitas, MPASI bisa disimpan dalam kulkas maksimal 24 jam dalam wadah tertutup.
Menu MPASI 6 Bulan Rekomendasi Ahli
Pilihan Menu Berdasarkan Sumber Terpercaya:
Wortel kaya akan antioksidan terutama vitamin A yang penting untuk mata. Wortel juga kaya vitamin C yang mendukung fungsi kekebalan tubuh. Wortel punya rasa manis alami yang akan disukai bayi.
Kacang polong adalah sumber nutrisi kecil namun cukup kuat. Kacang ini mengemas vitamin A dan C, zat besi, protein, dan kalsium.
Pisang merupakan MPASI yang sangat terkenal. Pisang kaya akan serat, kalium, dan vitamin penting. Pisang juga sangat lembut untuk perut bayi.
Mendeteksi Alergi Makanan
Rekomendasi dari AAP (American Academy of Pediatrics) menyatakan sebaiknya untuk mengetahui adanya potensi alergi, bayi diberikan bahan baru harus dicoba selama 3 – 5 hari.
MPASI Dini - Peringatan dari WHO
MPASI dini adalah pemberian makanan padat sebelum bayi berusia 6 bulan. Praktik ini tidak dianjurkan, karena sistem pencernaan bayi belum siap. MPASI dini juga dapat menurunkan asupan ASI dan meningkatkan risiko infeksi serta alergi makanan.
MPASI 6 bulan pertama memang memerlukan perhatian khusus, tapi dengan mengikuti panduan resmi dari WHO, IDAI, dan Kemenkes, bunda pasti bisa memberikan nutrisi terbaik untuk si kecil. Yang terpenting adalah konsistensi dan mengikuti rekomendasi ahli yang sudah teruji.