Pesona Lawang Sewu, Perpaduan Arsitektur Kolonial dan Kisah Mistis di Jantung Kota Semarang

Keindahan arsitektur Lawang Sewu berpadu kisah sejarah
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/BzLI1rCgoj6/?igsh=MXRhc2Z5eGN2emwwNQ==

Wisata, VIVA BaliLawang Sewu merupakan salah satu bangunan bersejarah yang menjadi ikon Kota Semarang. Nama “Lawang Sewu” sendiri diberikan oleh masyarakat Semarang karena bangunan ini memiliki begitu banyak pintu dan jendela besar, yang dalam bahasa Jawa berarti “seribu pintu” (lawang = pintu, sewu = seribu). Gedung megah berarsitektur art deco ini awalnya digunakan Belanda sebagai Kantor Pusat Kereta Api (Trem) atau Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Terletak di kawasan Tugu Muda, gedung ini dibangun tahun 1903 dan diresmikan pada 1 Juli 1907 oleh arsitek Belanda, Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Queendag (jatengprov.go.id).

Secara arsitektur, Lawang Sewu dirancang dengan gaya Hindia Baru, yang merupakan hasil perpaduan tradisi klasik Belanda dengan adaptasi iklim tropis di Indonesia. Salah satu ciri khasnya adalah penggunaan jendela-jendela besar yang berfungsi untuk sirkulasi udara dan pencahayaan alami. Desain ini memungkinkan ruangan tetap sejuk meskipun berada di iklim panas dan lembap. Selain itu, galeri keliling serta atap susun (double gevel) yang dimiliki gedung ini memperlihatkan kecanggihan teknologi arsitektur kolonial pada masa itu (wikipedia.org).

Memasuki bagian dalam gedung, pengunjung akan disuguhi lorong panjang dengan pintu-pintu yang sejajar, menciptakan ilusi seolah berada dalam labirin pintu. Di lantai pertama terdapat ruangan dokumentasi sejarah perkeretaapian Indonesia, sementara di lantai dua terdapat aula besar yang dahulu digunakan untuk pesta dan pertemuan. Dari lantai tiga, pengunjung dapat menikmati pemandangan Kota Semarang, termasuk kawasan Tugu Muda. Tak kalah menarik, Lawang Sewu juga dihiasi ornamen kaca patri karya J.L. Schouten yang menggambarkan kekayaan alam Jawa, aktivitas maritim, serta perpaduan budaya Barat dan Timur (indonesiakaya.com).

Seiring perjalanan sejarah, Lawang Sewu juga menyimpan kisah kelam. Pada masa pendudukan Jepang, ruang bawah tanah yang semula digunakan sebagai penyimpanan cadangan air diubah menjadi penjara bawah tanah bagi tahanan Kenpetai. Banyak cerita yang beredar mengenai penyiksaan dan kematian di ruang ini, menjadikan Lawang Sewu dikenal sebagai salah satu bangunan paling angker di Indonesia. Berbagai penampakan hantu seperti noni Belanda, pocong, hingga sosok tanpa kepala kerap dikaitkan dengan gedung bersejarah ini (wikipedia.org).

Kini, setelah direstorasi, Lawang Sewu dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia dan difungsikan sebagai Museum Perkeretaapian Indonesia. Gedung ini juga sering dijadikan lokasi pameran, acara budaya, hingga kegiatan komersial. Sebagai salah satu cagar budaya, Lawang Sewu tidak hanya menjadi saksi sejarah perkembangan perkeretaapian, tetapi juga menjadi landmark ikonik Kota Semarang yang memadukan nilai sejarah, arsitektur kolonial, dan daya tarik wisata budaya.