Sasi Lompa, Tradisi Adat Maluku yang Menjaga Kelestarian Laut

Pelaksanaan Tradisi Sasi.
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/BXCew86hSvf/?igsh=MWN2aG53c3EwNmhyag==

Budaya, VIVA Bali – Maluku bukan hanya dikenal sebagai “Surga Rempah” sejak abad ke-17, tetapi juga menyimpan kearifan lokal yang menjaga kekayaan lautnya tetap lestari. Salah satu tradisi paling terkenal adalah sasi lompa, ritual adat yang mengatur pemanfaatan hasil laut, khususnya ikan lompa, agar tetap berkelanjutan.

Tradisi sasi sudah dikenal sejak berabad-abad lalu sebagai hukum adat untuk melindungi hasil alam di darat maupun di laut. Menurut sejarawan John Patty Kayhatu dalam Sejarah Daerah Maluku, sasi adalah larangan mengambil hasil alam sebelum waktu yang ditetapkan.
Di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, praktik ini dikenal sebagai sasi lompa, yang telah berlangsung sejak tahun 1600. Ritual ini lahir sebagai cara masyarakat menjaga populasi ikan lompa (Trisina baelama), sejenis sarden yang menjadi sumber pangan utama warga.

Lokasi dan Akses ke Pulau Haruku

Sasi lompa berlangsung di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Pulau ini dapat dijangkau dengan perahu motor dari Pelabuhan Tulehu, Ambon, dengan waktu tempuh sekitar 30–45 menit. Setelah tiba di Desa Haruku, pengunjung bisa menyaksikan tradisi ini jika datang pada waktu panen.

Harga Tiket Sasi Lompa

Untuk menyaksikan sasi lompa, wisatawan biasanya tidak dikenakan tiket resmi, namun diimbau memberikan sumbangan sukarela kepada masyarakat adat. Sebaiknya datang pada September atau Oktober saat panen berlangsung. Hormati aturan adat, ikuti arahan kewang, dan jangan merusak lingkungan sekitar.

Cara Pelaksanaan Sasi Lompa

Tradisi ini dibagi menjadi dua tahapan penting:

1 Sasi Tutup

Biasanya berlangsung dari April hingga September. Warga menggiring ikan lompa dari laut ke muara sungai, lalu kawasan itu ditetapkan sebagai area larangan menangkap ikan. Tujuannya agar lompa dapat berkembang biak dengan aman.

2. Sasi Buka

Panen besar biasanya diadakan pada September atau Oktober. Sebelum panen, kewang (penjaga adat) mengumumkan jadwalnya kepada warga. Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin pendeta. Dalam sehari itu, masyarakat diizinkan menangkap ikan sesuai kebutuhan keluarga, dengan tetap menjaga kebersihan dan kelestarian sungai.

Selama masa sasi, masyarakat dilarang membuang sampah atau merusak lingkungan di area sungai. Pelanggaran terhadap aturan ini akan dikenai sanksi adat.

Peran Tokoh Adat dalam Pelestarian

Tokoh masyarakat seperti Eliza Kissya, atau akrab disapa Opa Eli, memiliki peran besar dalam menjaga keberlangsungan tradisi ini. Atas dedikasinya, Opa Eli menerima Kalpataru pada 1985 dan Coastal Award pada 2010 berkat kontribusinya melestarikan ekosistem Pulau Haruku.

Sasi lompa bukan hanya menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga berdampak langsung pada kesejahteraan warga. Dengan populasi ikan yang stabil, masyarakat memperoleh sumber pangan yang melimpah sekaligus penghasilan tambahan dari hasil panen.