Main Air dan Jelajah Alam di Ekowisata Sambangan, Hidden Gem Bali Utara

“Kolam alami biru di Blue Lagoon Sambangan Utara”
Sumber :
  • https://www.walkmyworld.com/posts/blue-lagoon-sambangan

Wisata, VIVA Bali – Pelopor Desa Wisata Berwawasan Lingkungan

Desa Sambangan di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, merupakan contoh nyata pengembangan ekowisata berbasis komunitas. Sejak ditetapkan sebagai desa wisata pada 2017, kawasan ini terus berbenah untuk mengelola potensi alam dan budayanya secara berkelanjutan. Menurut informasi dari laman resmi Jadesta Kemenparekraf, pengelolaan destinasi dilakukan oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Tunjung Mekar yang aktif melibatkan warga dalam layanan wisata, homestay, hingga penyediaan makanan lokal.

 

Wisata Alam yang Edukatif dan Menantang


Ekowisata Sambangan menawarkan paket pengalaman yang tidak hanya menyenangkan, tapi juga edukatif. Trekking menjadi salah satu aktivitas utama, dengan rute yang mengajak pengunjung menyusuri area pertanian organik, perkebunan cengkeh, sawah terasering, dan hutan tropis. Di tengah perjalanan, pemandu lokal kerap berbagi informasi mengenai tanaman obat, sistem pertanian tradisional, dan sejarah desa. Dikutip dari Evendo, salah satu penyedia tur eco-adventure di kawasan tersebut, trekking biasanya memakan waktu 2 hingga 5 jam tergantung paket yang dipilih.

 

Tujuh Air Terjun Eksotis dalam Satu Destinasi


Daya tarik utama Sambangan terletak pada keberadaan tujuh air terjun yang masih alami. Lima di antaranya terbuka untuk umum: Aling-Aling, Kroya, Cemara, Pucuk, dan Blue Lagoon. Aling-Aling dikenal karena air terjunnya yang terbagi dua serta kolam biru kehijauan di bawahnya. Kroya dan Pucuk menjadi favorit untuk cliff jumping dari ketinggian 5–10 meter, sementara Cemara memiliki jalur trekking menantang dengan latar hutan. Blue Lagoon, seperti namanya, menyuguhkan kolam alami jernih dengan nuansa hening yang menenangkan.

 

Pengalaman Petualangan yang Ramah Lingkungan


Aktivitas wisata diatur agar tetap ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem. Cliff jumping, natural sliding, dan berenang hanya diperbolehkan di zona yang sudah ditentukan. Semua pengunjung diwajibkan memakai helm dan pelampung saat mencoba aktivitas air. Pemandu wisata lokal, sebagaimana dijelaskan dalam tur Evendo, dilatih khusus dalam keselamatan wisata alam dan konservasi lingkungan.

 

Homestay dan Eco-Lodge Bernuansa Lokal


Untuk akomodasi, pengunjung dapat memilih tinggal di homestay milik warga atau eco-lodge yang dibangun dengan bahan ramah lingkungan. Setiap unit biasanya dirancang menyerupai rumah tradisional Bali dan menyuguhkan pemandangan sawah atau hutan. Selain itu, wisatawan bisa ikut kegiatan pertanian, seperti menanam padi atau memetik cengkeh, untuk merasakan langsung kehidupan masyarakat Sambangan.

 

Kuliner Lokal dari Dapur Warga


Kawasan ini juga memperkenalkan kuliner khas Bali Utara melalui dapur warga. Para tamu bisa mencicipi olahan tradisional seperti jukut undis, lawar nangka, dan sambal embe yang dibuat langsung oleh ibu-ibu desa. Makanan disajikan dalam wadah ramah lingkungan seperti daun pisang atau anyaman bambu.

 

Pusat Edukasi dan Workshop Budaya


Selain wisata alam, tersedia pula workshop edukatif yang terbuka untuk umum. Kegiatan seperti membatik, membuat canang sari, dan menari Bali menjadi bagian dari paket wisata budaya. Anak-anak sekolah yang berkunjung biasanya mengikuti sesi khusus tentang lingkungan dan konservasi air yang difasilitasi oleh Pokdarwis dan relawan lokal.

 

Akses Mudah dan Fasilitas Lengkap


Sambangan berjarak sekitar 15 km dari pusat kota Singaraja atau sekitar 30 menit berkendara dari Lovina. Lokasinya juga mudah dijangkau dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai melalui jalur Bedugul. Tersedia area parkir, toilet umum, jalur trekking yang sudah ditandai, serta titik istirahat di sepanjang rute. Tiket masuk bersifat paket dan dikelola langsung oleh masyarakat.

 

Komitmen Konservasi dan Pemberdayaan


Konsep ekowisata yang dijalankan bertumpu pada pelestarian alam, pemberdayaan ekonomi lokal, dan pelestarian budaya. Menurut informasi dari laman resmi Jadesta, sebagian besar pendapatan dari tiket masuk dan kegiatan wisata digunakan untuk pembangunan fasilitas umum desa dan pelatihan warga. Langkah ini memastikan manfaat wisata dirasakan langsung oleh komunitas dan menjaga keberlanjutan lingkungan di kawasan Sambangan.