DPR Dorong Bali Perbanyak Sekolah Widyalaya untuk Serap Lulusan Kampus Agama
- https://m.antaranews.com/berita/5152273/dpr-minta-perbanyak-sekolah-widyalaya-buat-serap-lulusan-kampus-agama?utm_source=antaranews
Denpasar, VIVA Bali –Anggota Komisi VIII DPR RI, I Ketut Kariyasa Adnyana, mendorong pemerintah daerah di Bali agar memperbanyak pendirian Sekolah Widyalaya, yakni satuan pendidikan formal berciri Hindu, guna menampung lebih banyak lulusan perguruan tinggi agama.
“Kami sarankan membentuk Sekolah Widyalaya minimal tiap desa atau tiap kecamatan, ada TK, SD, SMP, karena selama ini yang menjadi kendala lemahnya serapan guru yang berbasis agama karena sekolah-sekolah seperti Widyalaya di Bali kecil sekali,” ujar Kariyasa Adnyana. Seperti yang dilansir dari m.antaranews.com.
Dalam agenda reses Komisi VIII DPR RI di Denpasar, Jumat, 3 Oktober 2025, Kariyasa yang merupakan wakil rakyat dari dapil Bali menilai sangat disayangkan, daerah mayoritas Hindu justru memiliki jumlah sekolah bernuansa Hindu setara madrasah yang sangat terbatas.
Menurutnya, potensi untuk mendirikan ataupun mengonversi sekolah swasta menjadi negeri dengan status Sekolah Widyalaya cukup besar.
“Swasta kan kembang kempis juga untuk pembiayaan, maka dari itu kalau kita dorong nanti bisa di-negeri-kan beberapa sekolah yang ada, sehingga nanti bisa menerima tamatan guru-guru ataupun tenaga lain yang berbasis Hindu,” jelas Kariyasa.
Adnyana juga menyampaikan perlunya mendukung ketersediaan sumber daya manusia di Sekolah Widyalaya. Salah satu langkah yang diusulkan yaitu mengubah status STAHN Mpu Kuturan menjadi universitas, seperti perguruan tinggi Hindu lainnya.
Dengan status universitas, kampus agama tersebut diharapkan lebih optimal dalam mencetak lulusan berkualitas.
“Kalau sekolah agama itu kalau hanya institut atau sekolah tinggi itu hanya seperti kolam atau waduk padahal semestinya kalau urusan sekolah agama itu harus seperti samudera, sehingga Pak Menteri Agama juga itu mendorong secepatnya dijadikan universitas,” kata Anggota DPR RI.
Kariyasa menambahkan, dewan juga telah berkoordinasi dengan Pemprov Bali terkait penyediaan lahan untuk perluasan kampus, dengan rencana adanya hibah di Gerokgak, Buleleng.
“Tapi yang terpenting adalah kita tekankan Widyalaya ini, sekolah yang berbasis Hindu, dan juga banyak sekarang sekolah-sekolah yang bernuansa Hindu, nanti output kampus pasti banyak ada guru-guru agama, kalau tidak diterima nanti pekerjaan kan kasihan juga mereka, kuliah lama-lama dengan biaya yang besar tidak terserap,” pungkas Kariyasa.
Oleh sebab itu, dewan menilai keberadaan dua institusi pendidikan di Bali sangat penting dan saling terkait, baik dalam menjaga jumlah tenaga pendidik agama Hindu maupun menjamin keberlangsungan profesinya.