Ferry Irwandi Soroti Dua Hal yang Bikin Unjuk Rasa Berubah Anarkis
- https://www.tvonenews.com/berita/nasional/368045-aktivis-ferry-irwandi-bongkar-dua-faktor-utama-penyebab-demo-berujung-brutal?page=all
Jakarta, VIVA Bali – Gelombang aksi unjuk rasa sejak akhir Agustus 2025 meninggalkan dampak besar, mulai dari kericuhan, kerusakan fasilitas umum, hingga jatuhnya korban jiwa.
Kemudian, CEO Malaka Project, Ferry Irwandi menyampaikan analisisnya dalam sebuah talkshow di stasiun televisi nasional mengenai perubahan demonstrasi yang awalnya damai menjadi brutal.
“Kalau kita bicara penyebab, ada dua hal. Pertama tindakan aparat, kedua perilaku massa. Ini yang harus kita baca secara hati-hati,” kata Ferry Irwandi di Jakarta. Kamis 4 September 2025.
Selain itu, Ferry Irwandi menyebutkan sejak 25 Agustus hingga awal September 2025 tercatat sembilan orang meninggal dunia.
“Itu bukan sekadar angka, itu nyawa manusia. Ada luka yang tidak akan pernah hilang bagi keluarga mereka,” ucap CEO Malaka Project Ferry Irwandi, dilansir dari laman tvonenews.com.
Ferry Irwandi menilai setiap korban jiwa dalam aksi protes merupakan tanda adanya masalah serius dalam tata kelola di lapangan, baik dari sisi aparat maupun pengendalian massa.
Selain itu, CEO Malaka Ferry juga mengkritik insiden di Bandung ketika gas air mata ditembakkan hingga masuk ke area kampus.
“Apa pun alasannya, penembakan gas air mata ke dalam kampus tidak bisa dibenarkan. Kampus adalah ruang akademik, bukan arena perang,” ujar CEO Malaka Project.
Meski memberikan kritik terhadap aparat, Ferry Irwandi menegaskan perilaku anarkistis sebagian massa turut memperburuk keadaan.
Kemudian, penting untuk membedakan mahasiswa yang menyampaikan tuntutan dengan kelompok lain yang melakukan kerusuhan.
“Kita tidak bisa menyamakan semuanya. Ada mahasiswa yang menyampaikan tuntutan, dan ada juga massa yang berbuat anarkistis. Itu dua hal berbeda,” ucap Ferry Irwandi.
Selain itu, Ferry Irwandi menilai jika penyelesaian konflik bergantung pada ketepatan membaca akar masalah.
“Kalau masalah dasarnya salah dibaca, maka penyelesaiannya juga akan melenceng. Ini yang harus hati-hati, karena menyangkut kepercayaan publik dan nyawa orang,” tutur Ferry Irwandi.
Mengelola aksi massa tidak cukup dengan pendekatan keamanan semata. Diperlukan pemahaman menyeluruh, empati, serta dialog terbuka agar peristiwa serupa tidak kembali terulang.