Tarif Baru AS Ancam Ekonomi Indonesia? Ini Dampak Nyatanya ke Industri Lokal!

Aktivitas pekerja sektor manufaktur menurun sejak awal 2025
Sumber :
  • Sumber: https://www.freepik.com/free-photo/asian-worker-team-casual-think_1088178.htm#fromView=search&page=1&position=20&uuid=91dfb59f-010f-4a04-879f-244abd71c381&query=dampak+ekonomi

Peristiwa, VIVA BaliAmerika Serikat kembali mengguncang perekonomian global dengan kebijakan tarif impor terbarunya. Pemerintahan Presiden AS menetapkan tarif tambahan terhadap berbagai produk dari luar negeri, termasuk dari kawasan Asia Tenggara. Meskipun fokus utama kebijakan tersebut ditujukan untuk membatasi dominasi Tiongkok, dampaknya mulai dirasakan oleh negara-negara mitra dagang lainnya, termasuk Indonesia.

Indonesia selama ini menjalin hubungan dagang yang signifikan dengan Amerika Serikat, terutama dalam sektor manufaktur, tekstil, alas kaki, hingga produk elektronik. Dengan pemberlakuan tarif baru oleh AS, beberapa sektor unggulan dalam negeri kini menghadapi tekanan serius.

1.     Penurunan Daya Saing Produk Ekspor

Tarif impor yang meningkat secara otomatis menyebabkan harga produk Indonesia menjadi lebih mahal di pasar AS. Hal ini membuat produk-produk lokal kalah bersaing dibanding produk dari negara-negara yang tidak terdampak tarif. Industri seperti tekstil dan garmen, furnitur, serta karet olahan mulai mengalami kontraksi dalam jumlah permintaan ekspor ke AS.

Menurut data dari Kementerian Perdagangan, Amerika Serikat merupakan salah satu pasar ekspor terbesar bagi Indonesia, khususnya pada kategori non-migas. Kenaikan tarif berarti biaya masuk barang dari Indonesia ke AS menjadi lebih tinggi, sehingga margin keuntungan eksportir Indonesia menyusut drastis.

2.     Gangguan Rantai Pasok Global

Indonesia tidak hanya mengekspor barang jadi, tetapi juga menjadi bagian penting dari rantai pasok global. Banyak perusahaan multinasional yang memproduksi komponen di Indonesia sebelum dirakit akhir di negara lain dan diekspor ke AS. Tarif tambahan membuat struktur biaya global terganggu, dan beberapa perusahaan mulai mencari alternatif lokasi produksi yang lebih efisien.