Masyarakat Gilimanuk Gelar Ritual Mulang Pekelem dan Petik Laut di Selat Bali
- I Nyoman Sudika/ VIVA Bali
Pihaknya juga mendapatkan masukan dari para tokoh spiritual dan segera mencari petunjuk kepada para sulinggih (pemuka agama Hindu) sebelum pelaksanaan kegiatan Mulang Pakelem ini.
“Upacara ini mendapatkan dukungan penuh dari Pemkab Jembrana, ASDP serta para donator yang peduli akan keselamatan pelayaran. Upacara ini menelan biaya sebesar Rp 85 juta, sepenuhnya berasal dari donatur,” jelas Lurah Gilimanuk yang akrab disapa Gus Tony.
Lanjut Gus Tony, untuk tingkatan upacara digunakan catur Bah dengan caru bebangkit menggunakan pakelem hewan kambing, ayam, bebek, dan kerbau yus merana. Usai pecaruan dilanjutkan dengan Mulang Pekelem dengan menggunakan KMP Agung Samudra IX menuju tengah laut Selat Bali.
“Upacara ini juga dirangkai dengan tradisi Petik Laut, di mana warga Gilimanuk yang berprofesi sebagai nelayan melarung sesaji sebagai bentuk rasa syukur,”imbuhnya.
Sementara itu Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna yang berkesampatan hadir bersama Forum Pimpinan Daerah mengatakan, upacara Mulang Pakelem dan tradisi Petik Laut ini merupakan wujud upakara untuk memohon perlindungan dan keselamatan.
"Kita selama ini telah memanfaatkan laut sebagai salah satu sumber kehidupan serta sebagai sarana lalu lintas antar pulau, tentu kita wajib memohon perlindungan kepadaNya," ujarnya.
Patriana Krisna yang akrab disapa Ipat menambahkan Mulang Pakelem adalah bentuk permohonan keselamatan bagi seluruh masyarakat, khususnya yang akan menyeberang di penyeberangan Gilimanuk-Ketapang. Sementara itu, tradisi Petik Laut adalah wujud rasa terima kasih para nelayan atas rezeki yang diberikan. Pihaknyapun berharap kegiatan ini tidak hanya dilakukan sekali namun bisa rutin dilaksanakan setiap tahun.