Anak Remaja Mulai Berubah? Kenali Fase Genital yang Sering Diabaikan Orang Tua!

Ilustrasi perkembangan anak yang membentuk jati diri
Sumber :
  • Sumber: https://www.freepik.com/free-vector/stages-growth-young-girl_40792238.htm#from_element=detail_alsolike

Lifestyle, VIVA BaliFase genital adalah tahap terakhir dalam teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud, yang dimulai saat pubertas dan dapat berlangsung hingga dewasa awal. Pada fase ini, energi libido kembali aktif dan terfokus pada hubungan interpersonal yang sehat dan seimbang. Tidak seperti fase sebelumnya, dorongan seksual pada fase genital tidak lagi bersifat egosentris atau hanya berorientasi pada pemuasan diri, melainkan diarahkan ke relasi yang penuh kasih sayang dan kedewasaan emosional.

Ciri-Ciri Utama Fase Genital:

1.     Dorongan Seksual yang Matang

Remaja mulai merasakan ketertarikan romantis dan seksual terhadap orang lain. Perasaan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mencakup aspek emosional seperti cinta, keterikatan, dan pengertian. Dorongan seksual diarahkan ke hubungan yang bersifat timbal balik.

2.     Pencarian Identitas dan Jati Diri

Masa remaja menjadi periode eksploratif di mana individu mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. Mereka mulai mempertanyakan nilai-nilai keluarga, budaya, dan agama, serta mulai membangun keyakinan dan pendirian pribadi.

3.     Perubahan Fisik dan Emosional yang Intens

Perubahan hormon menyebabkan perkembangan organ seksual sekunder seperti tumbuhnya rambut tubuh, pembesaran payudara, perubahan suara, dan menstruasi atau mimpi basah. Perubahan fisik ini sering diikuti oleh gejolak emosional, rasa malu, serta peningkatan keingintahuan terhadap tubuh.

4.     Kemandirian dan Tanggung Jawab

Anak mulai menuntut ruang untuk membuat keputusan sendiri, termasuk dalam hal gaya hidup, pendidikan, hingga relasi pertemanan dan percintaan. Keinginan untuk mandiri ini bisa menimbulkan konflik dengan orang tua jika tidak diiringi komunikasi yang sehat.

5.     Perkembangan Konsep Diri dan Harga Diri

Remaja mulai membentuk persepsi tentang siapa mereka di mata sendiri dan orang lain. Mereka sangat peka terhadap penilaian sosial, sehingga dukungan dari lingkungan sangat penting agar terbentuk harga diri yang positif.

Peran Orang Tua dalam Fase Genital:

1.     Komunikasi Terbuka dan Tanpa Menghakimi

Orang tua perlu menjadi pendengar yang baik dan tidak langsung menghakimi saat anak mulai terbuka soal hubungan, perasaan, atau seksualitas. Edukasi tentang seks yang sehat dan aman sangat dibutuhkan pada fase ini untuk mencegah penyimpangan atau risiko kehamilan dini dan penyakit menular seksual.

2.     Menghormati Privasi

Privasi sangat penting bagi remaja. Orang tua sebaiknya tidak terlalu mencampuri urusan pribadi anak seperti percakapan pribadi, isi ponsel, atau diary, kecuali ada indikasi bahaya.

3.     Dukung Eksplorasi Positif

Beri kesempatan kepada anak untuk mencoba hal-hal baru yang membangun, seperti bergabung dalam komunitas, menekuni hobi, atau mencoba pengalaman kerja. Eksplorasi ini penting bagi pembentukan identitas diri.

4.     Pendampingan Bijak

Orang tua tetap perlu memberikan batasan dan bimbingan, namun dalam bentuk diskusi dan kesepakatan, bukan perintah sepihak. Hal ini membantu remaja belajar tanggung jawab sekaligus merasa dihargai sebagai individu yang berkembang.

Fase ini kerap ditandai oleh konflik internal dan tekanan eksternal. Remaja berjuang dengan perasaan cemas, bingung, bahkan depresi karena belum menemukan identitas yang jelas. Mereka juga menghadapi tekanan sosial untuk diterima, tampil menarik, atau menjalin hubungan. Risiko pergaulan bebas, penyalahgunaan zat, dan penyimpangan perilaku sangat mungkin terjadi jika tidak ada pengawasan dan dukungan emosional dari lingkungan sekitar.

Fase genital bukan sekadar masa pubertas, melainkan tahap penting dalam pembentukan karakter, nilai hidup, dan kedewasaan seksual anak. Ketika orang tua mampu membangun komunikasi terbuka, menghormati privasi, dan menjadi pendamping yang bijak, anak akan tumbuh menjadi individu yang matang secara emosional, seksual, dan sosial. Dengan demikian, fase ini bisa dilalui dengan sehat dan menjadi pondasi kuat bagi masa depan anak sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab.