Fenomena Menurunnya Angka Perkawinan Anak dan Dewasa di Indonesia

Keluarga yang lebih kuat psikologis, ekonomi, dan spiritual.
Sumber :
  • https://www.vecteezy.com/photo/12646488-happy-young-family-have-fun-on-beach

Di sisi lain, sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak juga memengaruhi kesiapan laki-laki untuk menikah. Ketimpangan ekonomi menjadi faktor penting yang menghambat niat membangun rumah tangga.

 

Tak hanya itu, meningkatnya kasus KDRT, perselingkuhan, hingga perceraian turut memperburuk persepsi tentang pernikahan. BPS Jawa Timur mencatat peningkatan tajam dalam kasus talak dan cerai: dari 61.870 kasus (2020) menjadi 102.065 kasus (2022).

Sosiolog menyebutkan bahwa fenomena ini tidak sepenuhnya negatif. Penurunan angka pernikahan justru dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kualitas hidup, terutama di kalangan perempuan. Hal ini kemudian dapat melahirkan generasi yang lebih kuat secara psikologis, ekonomi, dan spiritual. Namun, tantangan tetap ada. Pemerintah dan masyarakat perlu terus membangun ekosistem yang mendukung kesiapan generasi muda, tidak hanya untuk menikah, tetapi juga membina keluarga yang sehat, setara, dan sejahtera.