Fenomena Menurunnya Angka Perkawinan Anak dan Dewasa di Indonesia

Keluarga yang lebih kuat psikologis, ekonomi, dan spiritual.
Sumber :
  • https://www.vecteezy.com/photo/12646488-happy-young-family-have-fun-on-beach

 

Program BRUS digelar secara masif di sekolah-sekolah dan madrasah, melibatkan berbagai pihak mulai dari penyuluh agama, petugas Kantor Urusan Agama (KUA), hingga organisasi mitra yang bergerak dalam isu ketahanan keluarga dan perlindungan anak. Selain risiko perceraian dini, perkawinan anak juga berpotensi menimbulkan persoalan kesehatan reproduksi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), hingga stunting pada anak.

 

Tak hanya perkawinan anak, fenomena menurunnya angka pernikahan secara umum juga menjadi sorotan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pernikahan di Indonesia pada 2023 tercatat sebanyak 1.577.255, turun sekitar 128.000 pasangan dari tahun sebelumnya. Dalam kurun waktu satu dekade, angka pernikahan nasional bahkan menurun drastis hingga 28,63 persen.

 

Prof. Dr. Bagong Suyanto, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair), menyebut perubahan struktur sosial dan ekonomi sebagai penyebab utama. “Perempuan kini memiliki peluang lebih luas dalam pendidikan dan pekerjaan. Mereka tidak lagi sepenuhnya bergantung pada laki-laki, dan lebih selektif dalam memilih pasangan,” jelas Prof. Bagong.