Film Animasi Panji Tengkorak Hadirkan Kembali Legenda Silat Indonesia di Layar Lebar

Film laga animasi Panji Tengkorak akan hadir di layar lebar
Sumber :
  • https://m.youtube.com/watch?v=WLNLn5sSXLU

Lifestyle, VIVA Bali – Legenda silat Panji Tengkorak siap kembali menghibur penonton lewat adaptasi layar lebar terbaru yang disutradarai oleh Daryl Wilson dan diproduksi oleh Falcon Pictures. Film ini akan tayang serentak di bioskop Indonesia mulai 28 Agustus 2025.

Panji Tengkorak diadaptasi dari komik karya Hans Jaladara yang populer pada era 1960–1970-an. Komik ini dikenal dengan alur cerita penuh intrik, pertarungan epik, dan karakter tokoh utama yang memiliki prinsip kuat. Panji, sang pendekar berwajah penuh bekas luka, digambarkan sebagai pejuang yang tak hanya tangguh di medan laga, tetapi juga memiliki tekad kuat untuk menegakkan keadilan.

Dalam versi layar lebarnya, Denny Sumargo dipercaya memerankan Panji Tengkorak. Pemilihan ini cukup menarik perhatian publik, mengingat Denny dikenal dengan kemampuan aktingnya yang intens dan latar belakangnya sebagai atlet basket yang membuatnya luwes dalam adegan aksi. Ia akan membawakan karakter Panji dengan perpaduan kekuatan fisik, ekspresi emosional, dan kharisma seorang pendekar.

Film ini akan membawa penonton ke dalam dunia persilatan yang keras dan penuh konflik. Kisah Panji berfokus pada perjalanannya menuntaskan dendam, melawan pengkhianatan, sekaligus mempertahankan nilai-nilai kehormatan seorang pendekar. Musuh-musuhnya bukan hanya mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga kelicikan strategi yang membuat setiap pertarungan terasa menegangkan.

Salah satu daya tarik utama film ini adalah koreografi pertarungan yang mengedepankan seni bela diri silat asli Indonesia. Tim produksi bekerja sama dengan ahli silat untuk memastikan setiap gerakan terasa autentik. Selain itu, film ini juga menampilkan senjata-senjata tradisional seperti golok, toya, dan keris yang menjadi bagian penting dari cerita.

Meskipun bersumber dari cerita klasik, Panji Tengkorak dikemas dengan teknologi sinematografi modern. Latar alam Nusantara, mulai dari hutan lebat, gunung berkabut, hingga desa-desa tradisional, menjadi latar yang memperkuat suasana era persilatan. Efek visual digunakan secukupnya untuk memperindah adegan, tanpa menghilangkan kesan realistis dari pertarungan.