Apa Itu Slow Living dan Mengapa Semakin Banyak Orang Menerapkannya?
- https://www.freepik.com/free-photo/medium
Lifestyle, VIVA Bali – Slow living adalah gaya hidup yang mengajak kita untuk melakukan segala sesuatu secara lebih lambat, penuh kesadaran, dan fokus menikmati setiap momen. Istilah ini berasal dari gerakan slow food yang dimulai oleh Carlo Petrini di Italia pada tahun 1986 sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya serba instan. Seiring waktu, gerakan ini berkembang menjadi filosofi hidup yang lebih luas, mencakup cara kita bekerja, berbelanja, hingga berinteraksi dengan orang lain.
Saat ini, slow living semakin banyak diterapkan di tengah masyarakat modern. Banyak orang mulai menyadari pentingnya melambat dan memberi ruang bagi kesehatan mental, hubungan sosial yang bermakna, dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Slow Living Makin Viral di Dunia Maya
Tren slow living terlihat jelas di berbagai platform digital. Menurut Google, jumlah tontonan video bertema slow living di YouTube meningkat 4 kali lipat pada tahun 2020 dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang tertarik dengan gaya hidup lebih tenang dan seimbang.
Di Instagram, tagar #slowliving telah digunakan lebih dari 6 juta kali, menunjukkan banyaknya orang yang membagikan momen-momen sederhana dan damai dalam hidup mereka.
Tak hanya itu, laporan dari My Journal Courier juga mencatat bahwa slow living menjadi pendekatan baru yang populer di tengah tekanan hidup modern. Orang-orang mulai meninggalkan gaya hidup konsumtif dan menggantinya dengan pola hidup yang lebih sadar, penuh makna, dan dekat dengan alam.
Mengapa Orang Beralih ke Slow Living?
Pergeseran menuju slow living didorong oleh berbagai faktor. Pandemi COVID-19, misalnya, memaksa banyak orang untuk melambat dan tinggal di rumah. Dari situ, muncul kesadaran akan pentingnya hidup yang lebih sederhana dan tidak terburu-buru. Masyarakat mulai merasakan manfaat dari kegiatan seperti memasak di rumah, berkebun, atau sekadar menikmati pagi tanpa gangguan gadget.
Menurut artikel dari Wonderfulness Magazine, slow living juga membuat seseorang lebih terhubung dengan dirinya sendiri. Ketika kita berhenti sejenak dari rutinitas, kita jadi lebih mampu mengenali apa yang benar-benar penting dan memberikan dampak positif bagi hidup kita.
Gaya Hidup atau Kebutuhan Zaman?
Bagi sebagian orang, slow living mungkin terdengar seperti gaya hidup idealis yang sulit diterapkan. Namun, kenyataannya, banyak yang mulai menyadari bahwa hidup lambat bukan berarti malas atau tidak produktif. Justru dengan memperlambat ritme, kita bisa menjalani hari dengan lebih fokus, bahagia, dan sehat secara mental.