Fakta Unik Bayam Popeye, Ternyata Beda Jauh dari Bayam Indonesia

Bayam lokal beda dengan spinachia
Sumber :
  • Superindo

lifestyle, VIVA Bali – Selama ini kita kira bayam Popeye itu sama kayak bayam bening di dapur ibu. Padahal, mereka beda tanaman, beda bentuk, dan beda dunia! Yuk bongkar fakta unik di balik sayuran sang pelaut! 

Bayam Popeye, Bayam lokal, Spinacia, Amaranthus, Fakta unik bayam Popeye, Perbedaan bayam Popeye dan bayam Indonesia, Bayam Spinach vs Amaranthus, Bayam Popeye kalengan, Sayuran sumber zat besi

Kamu mungkin tumbuh dengan kartun Popeye the Sailor, si pelaut tangguh yang setiap kali makan bayam kaleng langsung berubah jadi raksasa berotot. 

Tapi… tunggu dulu. Bayam yang dimakan Popeye ternyata bukan bayam yang biasa kita makan di Indonesia! Ini bukan sekadar beda varietas, tapi beda tanaman, beda bentuk, bahkan beda genus. 

Inilah deretan fakta unik soal kedua bayam tersebut 

Beda Genus 

Meski sama-sama kita panggil "bayam", ternyata yang dimakan Popeye dan yang kita tumis di dapur rumah itu asal-usulnya beda jauh banget, bukan cuma beda jenis, tapi beda keluarga besar tanaman. 

Bayam ala Popeye, yang sering kamu lihat keluar dari kaleng dan langsung bikin otot menggelembung, secara ilmiah dikenal sebagai Spinacia oleracea. 

Sementara bayam yang biasa kita temui di tukang sayur, entah itu bayam hijau atau bayam merah, berasal dari genus yang berbeda sama sekali, yaitu Amaranthus.

 Jadi, kalau kamu selama ini mikir sayur bening buatan emak itu sama dengan bayam kalengan ala kartun, ya... ibaratnya kamu lagi nyamain antara semangka dan mentimun hanya karena dua-duanya berair. Mirip sekilas, tapi sesungguhnya beda dunia! 

Bayam Spinacia lebih cocok tumbuh di suhu dingin (dataran tinggi), jadi nggak semua tempat cocok untuk menanamnya. Tapi sekarang udah banyak kok petani hidroponik atau urban farming yang berhasil menanam baby spinach di Indonesia. 

Kalau kamu pernah beli salad pack di supermarket dan nemu daun kecil berbentuk oval dengan label baby spinach, itu dia bayam ala Popeye.

 Asal-usul dan Rasa 

Spinach, si “bayam” versi Popeye, aslinya tumbuh subur di kawasan Timur Tengah hingga Eropa Selatan. Di dunia barat, daun hijau ini biasa disantap dalam bentuk salad segar, kukusan, atau versi kalengan yang jadi favorit si pelaut berotot itu. 

Ciri khasnya? Daunnya cenderung tebal, teksturnya agak kasar di lidah, dan rasanya punya sentuhan pahit yang khas. Bukan tipikal sayur buat dicocol sambal kacang, sih. 

Beda cerita dengan bayam Amaranthus, si jagoan dapur Nusantara. Tumbuh liar maupun dibudidayakan di banyak daerah tropis seperti Asia dan Amerika Selatan, bayam lokal ini punya daun yang jauh lebih lembut, rasanya ringan dan bersahabat. Nggak heran kalau dia jadi bahan wajib dalam sayur bening, pecel, tumisan sederhana, hingga lodeh santan yang gurih menggoda. 

Kalau spinach itu seperti aktor Broadway sedikit elit dan khas, maka Amaranthus adalah bintang sinetron keluarga yang merakyat, gampang ditemui, dan disayang semua kalangan. 

Salah Kaprah 

Ini dia bagian yang bikin senyum miris sekaligus ngakak pelan: bayam jadi ikon kekuatan super bukan karena fakta ilmiah mutakhir, tapi karena… salah ketik. Serius! Di akhir 1800-an, tepatnya sekitar tahun 1870-an, seorang peneliti keliru menempatkan koma desimal dalam laporan nutrisi. Hasilnya? Kandungan zat besi dalam bayam tiba-tiba terlihat 10 kali lebih tinggi dari kenyataan. 

Bayangkan, cuma gara-gara koma nyasar, satu generasi tumbuh dengan keyakinan bahwa bayam bisa bikin otot langsung mengembang seperti balon helium. Padahal aslinya, meski tetap mengandung zat besi, bayam itu ya biasa aja. Enggak sampai bisa ngalahin Brutus dalam sekali gebuk. 

Tapi nasi sudah jadi bubur, dan buburnya udah diiklankan ke mana-mana. Bayam keburu naik pangkat jadi simbol kekuatan, dibalut kaleng, dan dipromosikan oleh pelaut fiktif paling macho sejagat, Popeye. 

Fakta lainnya, meski bukan spinach, bayam lokal kita jelas bukan pemain cadangan. Si Amaranthus ini diam-diam menyimpan kekuatan gizi yang enggak kalah mentereng. 

Daunnya mengandung zat besi yang cukup tinggi, juga vitamin A dan C yang ampuh buat jaga imun dan kesehatan mata. Tambahkan serat untuk pencernaan, kalsium untuk tulang, dan yang paling istimewa, antioksidan alami, terutama dari bayam merah yang kaya antosianin.

 Dengan semua itu, pantas aja kalau sayur bening buatan emak sebenarnya lebih bergizi dari yang sering kita remehkan. Nggak perlu kaleng-kalengan, cukup sejumput kasih sayang, seikat bayam segar, dan sebongkah keahlian memasak ala dapur rumah. Sehatnya? Nggak main-main! 

Jadi, Mana yang Lebih Baik diantara keduanya?  Dua-duanya oke banget! Nggak perlu pilih salah satu, karena spinach dan bayam lokal punya keunggulannya masing-masing. 

Kalau kamu lagi pengin gaya makan sehat ala Barat, salad segar, smoothie hijau, atau tumisan butter pakai  spinach alias bayam Popeye cocok banget. Teksturnya renyah, rasanya agak pahit segar, dan sering tampil cantik di piring restoran kekinian. 

Tapi kalau lidahmu lebih cocok sama yang gurih, hangat, dan penuh nostalgia, bayam Amaranthus lokal juaranya. Entah ditumis pakai bawang putih atau direbus dalam kuah bening bareng jagung muda dan tempe, rasanya langsung mengingatkan kita pada rumah.