Lebih Baik Bertahan Demi Anak atau Berpisah Demi Kewarasan?

ilustrasi perselisihan suami istri
Sumber :
  • https://www.pexels.com/id-id/foto/gadis

Lifestyle, VIVA BaliBanyak pasangan yang sudah tidak bahagia dalam pernikahan tetap memilih bertahan dengan satu alasan: anak. Mereka mengesampingkan luka batin dan konflik yang terus membara, karena takut keputusan berpisah akan melukai anak. Tapi di sisi lain, ada suara hati yang menjerit: bagaimana jika bertahan justru menghancurkan diri sendiri?

Pertanyaan ini muncul di banyak rumah tangga yang terlihat utuh dari luar tapi retak dari dalam. Mana yang lebih penting: kebahagiaan orang tua atau kestabilan emosional anak?

Bertahan demi anak sering dianggap pengorbanan mulia

Bertahan demi anak sering disebut sebagai bentuk tanggung jawab dan kasih sayang. Banyak orang tua percaya bahwa keluarga yang lengkap, meskipun tidak harmonis, tetap lebih baik daripada perceraian. Anak dianggap butuh figur ayah dan ibu secara utuh dalam satu atap.

Namun menurut Child Mind Institute, anak-anak yang tumbuh di tengah konflik orang tua justru lebih berisiko mengalami kecemasan, depresi, dan masalah perilaku. Artinya, keluarga utuh tidak selalu sehat jika tidak disertai kedamaian batin.

Anak bisa merasakan hubungan yang tidak sehat

Meskipun tidak menyaksikan pertengkaran langsung, anak-anak bisa merasakan ketegangan yang terjadi di rumah. Suasana dingin, diam-diaman, atau interaksi yang kaku antara orang tua bisa membekas di memori anak.

Menurut psikolog keluarga di Harvard Health Publishing, anak lebih menderita saat tumbuh dalam lingkungan penuh tekanan emosional, meskipun kedua orang tuanya masih tinggal bersama. Ini bisa memengaruhi kemampuan anak membangun hubungan sehat saat dewasa nanti.

Perceraian bukan akhir dunia bagi anak

Perceraian memang menyakitkan, tapi bukan berarti selalu buruk untuk anak. Jika dilakukan dengan cara yang dewasa dan bertanggung jawab, perpisahan bisa menjadi awal dari lingkungan yang lebih tenang dan suportif bagi anak.

Banyak studi, seperti dari American Psychological Association, menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua bercerai yang mampu menjaga komunikasi baik dan tidak saling menyerang justru tumbuh lebih sehat secara psikologis daripada mereka yang tumbuh dalam keluarga penuh konflik.

Kesehatan mental orang tua ikut menentukan kualitas pengasuhan

Saat orang tua tidak bahagia, lelah secara emosional, dan kehilangan semangat hidup, itu akan berdampak langsung pada pola asuh mereka. Anak mungkin mendapatkan perhatian fisik, tapi tidak akan mendapatkan kehadiran emosional yang utuh.

Menjaga kewarasan adalah hal yang penting, terutama bagi orang tua. Karena anak membutuhkan panutan yang kuat, bukan hanya secara ekonomi, tapi juga mental dan emosional.

Setiap pilihan punya risiko dan konsekuensi

Tidak ada jawaban mutlak untuk semua keluarga. Ada pasangan yang bisa memperbaiki hubungan demi anak, ada juga yang lebih sehat setelah berpisah. Yang paling penting adalah membuat keputusan dengan jujur, penuh pertimbangan, dan mengutamakan keselamatan psikologis semua pihak.

Mengabaikan masalah demi menjaga citra keluarga bisa berakibat jauh lebih buruk, baik untuk orang tua maupun anak. Jika sudah mencoba berbagai cara dan tetap tidak menemukan titik terang, mencari bantuan profesional seperti konselor pernikahan bisa jadi langkah bijak.