7 Golongan Orang Ini Wajib Tes Hepatitis, Meski Tak Bergejala

Tanda penyakit hepatitis Foto/Safety Sign Indonesia
Sumber :
  • https://www.safetysign.co.id/news/Waspada-Hepatitis-B-dan-C-Penyakit-Mematikan-Tanpa-Gejala

Kesehatan, VIVA Bali – Hepatitis sering datang tanpa gejala, tapi diam-diam bisa merusak hati hingga fatal. Yuk, kenali 7 golongan yang wajib tes dini sebelum semuanya terlambat

Jangan sampai Anda menunggu gejala hepatitis muncul karena faktanya, hepatitis sering datang tanpa tanda-tanda mencolok. Ia menyelinap diam-diam, menggerogoti hati perlahan, hingga tiba-tiba kerusakan sudah parah dan sulit diperbaiki.

Di Indonesia sendiri, hepatitis B dan C masih jadi penyebab utama sirosis dan kanker hati, dua kondisi mematikan yang sebenarnya bisa dicegah jika dideteksi lebih awal.

Hepatitis adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh infeksi virus, konsumsi alkohol berlebihan, efek samping obat, atau penyakit autoimun. Tapi yang paling mengkhawatirkan, virus hepatitis B dan C sering kali menetap dalam tubuh tanpa gejala bertahun-tahun, hingga kerusakan hati tak bisa dibalikkan.

Dalam sebuah talkshow virtual yang digelar oleh Kementerian Kesehatan, dr. Melati Hidayanti, SpPD dari RSPI Sulianti Saroso, menyebutkan tujuh kelompok risiko tinggi yang sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan hepatitis secara rutin, khususnya tipe B dan C.

 

1. Tenaga Kesehatan

Dokter, perawat, hingga petugas laboratorium, semua yang bekerja di fasilitas kesehatan berisiko tinggi terpapar virus lewat darah atau alat suntik. Mereka dianjurkan tes hepatitis tiap tahun, dan jika kadar antibodi hepatitis B menurun, vaksinasi ulang perlu segera dilakukan.

 

2. Pasien Cuci Darah (Hemodialisis)

Pasien hemodialisis adalah kelompok yang sangat rentan terinfeksi hepatitis. Meskipun proses transfusi darah kini sudah melalui skrining ketat, risiko tetap ada. Karena itu, mereka wajib tes berkala untuk memantau status infeksi.

 

3. Pengguna Narkoba Suntik

Jarum suntik yang digunakan bergantian jadi jalan tol bagi virus hepatitis C berpindah dari satu tubuh ke tubuh lain. Meski hanya sekali menggunakan, risiko tetap tinggi. Tes hepatitis wajib dilakukan.

 

4. Pasangan dari Penderita Hepatitis

Tinggal bersama atau menjalin hubungan dengan pengidap hepatitis B atau C meningkatkan kemungkinan terpapar virus. Penularan bisa terjadi lewat kontak darah atau cairan tubuh. Vaksinasi dan tes adalah langkah paling bijak untuk perlindungan diri.

 

5. Ibu Hamil

Hepatitis B bisa menular dari ibu ke bayi selama kehamilan atau saat persalinan. Oleh karena itu, skrining hepatitis menjadi bagian penting dalam pemeriksaan kehamilan. Jika ibu terdeteksi positif hepatitis B, bayi akan langsung diberikan suntikan imunoglobulin dan vaksin dalam 12 jam pertama setelah lahir.

 

6. Bayi dari Ibu Positif Hepatitis

Bayi dari ibu yang positif hepatitis B akan mendapat vaksinasi lengkap hingga usia 6 bulan. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan kadar antibodi. Sementara untuk hepatitis C, pemeriksaan bisa ditunda hingga bayi berusia 18 bulan karena antibodi ibu masih bisa bertahan dalam tubuh bayi.

 

7. Individu yang Pernah Menjalani Transfusi atau Tindakan Medis Berisiko

Orang yang menerima transfusi darah sebelum adanya skrining hepatitis yang ketat (sekitar sebelum tahun 1990-an), atau pernah menjalani prosedur seperti operasi besar, tato, tindik, atau perawatan gigi di tempat yang tidak steril, sebaiknya juga melakukan tes hepatitis.

 

Tes Hepatitis Terjangkau

Kabar baiknya, tes hepatitis sekarang lebih mudah diakses. Pemeriksaan awal bisa dilakukan di puskesmas, klinik, maupun rumah sakit.

Melansir Kementerian Kesehatan RI, Tes yang umum meliputi Tes antibodi hepatitis B dan C, Pemeriksaan DNA/RNA virus (PCR) hingga Tes fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin, dll)

Biaya tes bervariasi, dari ratusan ribu rupiah, dan sebagian sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan, khususnya untuk ibu hamil dan pasien risiko tinggi.

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang takut untuk memeriksakan diri. Bukan karena biaya, tapi karena ketakutan jika hasilnya positif, atau kekhawatiran akan stigma.

Perlu diketahui, berdasarkan jurnal yang diterbitkan oleh Centers for Disease Control and Prevention, hepatitis C kini bisa disembuhkan total dengan pengobatan selama 8–12 minggu.

Sementara, menurut World Health Organization (WHO), hepatitis B bisa dikontrol dengan terapi agar virus tidak merusak hati.

Semakin cepat hepatitis diketahui, semakin tinggi peluang untuk sembuh atau mengontrolnya. Jangan menunggu sampai tubuh memberi sinyal lewat rasa lelah berkepanjangan, mual, atau kulit menguning.

Kalau kamu termasuk salah satu dari tujuh kelompok di atas, saatnya berhenti menunda. Deteksi dini bisa menyelamatkan hidupmu, dan hidup orang-orang yang kamu sayangi.