Popularitas Kesenian Arja Tidak Pernah Luntur di Tengah Perubahan Zaman

Wujud Pelestarian Tradisi Lokal Lewat Kesenian Arja
Sumber :
  • https://tatkala.co/2022/06/24/klasik-arja-citta-usadhi-badung-vs-dingin-gedung-ksirarnawa/

Gumi Bali, VIVA Bali – Kesenian di Bali tak hanya bicara soal keindahan gerak, tetapi juga kekuatan cerita yang hidup dalam setiap penampilan. Salah satu warisan seni yang unik dan penuh makna itu adalah kesenian Arja, sebuah bentuk drama tari yang menyatu dengan nyanyian dan lakon klasik.

Arja berkembang di Bali, khususnya di wilayah Klungkung, Gianyar, Bangli, Badung, hingga Karangasem. Pertunjukan ini sering digelar dalam konteks upacara keagamaan maupun hiburan rakyat, mencerminkan eratnya seni dan budaya dalam kehidupan masyarakat Bali.

Kesenian Arja pertama kali muncul sekitar tahun 1825 pada masa pemerintahan I Dewa Agung Sakti di Puri Klungkung. Kesenian ini sempat mengalami pasang surut, bahkan hampir lenyap, sebelum kembali dibangkitkan di era 1920-an seiring kebijakan Belanda lewat program Baliseering.

Pada masa itu, Belanda berupaya menjadikan Bali sebagai destinasi budaya eksotik untuk wisatawan Eropa. Kesenian seperti Arja dimanfaatkan untuk menonjolkan citra “Bali asli” yang penuh pesona namun tetap steril dari pengaruh nasionalisme, agama, dan modernitas luar.

Dalam pertunjukannya, kesenian Arja mengangkat cerita Panji, Mahabharata, hingga kisah rakyat lokal seperti Jayaprana dan Rare Angon. Karakter yang tampil pun khas, seperti Mantri, Galuh, Limbur, dan Penasar, dengan gaya pementasan yang memadukan tembang macapat dan tari.

Pengiring musik Arja disebut Gaguntangan, kadang juga memakai Gong Kebyar, yang memberikan nuansa lembut dan mendalam bagi suasana cerita. Menjelang akhir abad ke-20, muncul Arja Muani, di mana seluruh pemain adalah laki-laki, bahkan peran wanita pun diperankan dengan gaya parodi yang menghibur.

Kesenian Arja tidak hanya sekedar hiburan, melainkan juga cerminan identitas budaya dan sejarah masyarakat Bali. Di tengah modernisasi, pelestarian Arja menjadi penting sebagai upaya menjaga denyut kehidupan tradisi agar tak tenggelam oleh zaman.