Waspadai Myasthenia Gravis, Penyakit Langka yang Bisa Sebabkan Kematian

Ilustrasi seseorang yang mengalami penurunan kelopak mata.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/photo/person-face-in-close-up-photo-4079215/

Kesehatan, VIVA Bali – Bayangkan jika tubuhmu tiba-tiba terasa lelah padahal baru memulai hari. Kelopak mata turun, suara jadi sengau, atau susah menelan tanpa sebab yang jelas. Gejala-gejala seperti ini kerap dianggap remeh sebagai tanda kelelahan atau stres. Padahal, bisa jadi itu adalah sinyal dari Myasthenia Gravis (MG), penyakit autoimun yang dapat mengancam nyawa jika tidak dikenali sejak dini.

Myasthenia Gravis adalah penyakit neuromuskular kronis yang menyebabkan kelemahan otot secara fluktuatif. Meskipun tergolong penyakit langka, MG memiliki dampak yang sangat serius terhadap kualitas hidup penderitanya.

“Penyakit ini tidak hanya bisa menyebabkan kematian, tetapi juga menurunkan produktivitas kerja dan membatasi aktivitas sosial,” ujar dr. Ahmad Yanuar Safri, SpS(K), Dokter Spesialis Saraf dari RSCM, dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin.

Gejala Myasthenia Gravis bisa sangat samar dan kerap dianggap bagian dari kelelahan biasa. Beberapa di antaranya meliputi:

Kelopak mata yang sering turun (ptosis)

Penglihatan ganda (diplopia)

Suara menjadi sengau atau lemah

Sulit menelan dan berbicara

Kelemahan otot yang datang dan pergi

Masalahnya, karena gejalanya bersifat fluktuatif dan tidak konsisten, banyak pasien tidak menyadari bahwa mereka sedang menghadapi kondisi medis yang serius.

Keterlambatan dalam diagnosis MG bisa berujung pada krisis miastenik kondisi di mana otot pernapasan menjadi sangat lemah hingga pasien kesulitan bernapas, bahkan berpotensi fatal bila tidak segera ditangani.

Dokter Spesialis Saraf dari RS Brawijaya Saharjo, dr. Zicky Yombana, Sp.S, yang juga merupakan penyintas MG, menyuarakan keprihatinannya atas rendahnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini.

“Banyak orang terjebak dalam ‘Jebakan Dr. Google’, mencoba mendiagnosis diri sendiri dan menunda konsultasi ke dokter,” ungkapnya.

Ia menegaskan, kelemahan otot yang muncul dan hilang secara berkala bukanlah hal yang normal, dan menjadi sinyal penting untuk segera menemui dokter spesialis saraf.

“Diagnosis dini adalah kunci utama agar pasien bisa menjalani hidup normal dan produktif kembali,” ujarnya.

Pengobatan MG biasanya mencakup terapi imunosupresif, penggunaan antikolinesterase, hingga tindakan medis lebih lanjut seperti imunoglobulin intravena atau plasmaferesis. Namun, akses terhadap pengobatan yang konsisten dan terjangkau masih menjadi tantangan di Indonesia.

“Pasien memerlukan pengobatan yang tepat, berkelanjutan, dan dapat diakses tanpa beban finansial berlebih,” kata dr. Ahmad Yanuar.

Tanpa pengobatan yang memadai, MG tidak hanya membatasi mobilitas pasien, tetapi juga berdampak pada aspek sosial dan ekonomi keluarga.

Presiden Direktur Menarini Indonesia, Idham Hamzah, turut mengajak semua pihak mulai dari tenaga medis, pemerintah, industri farmasi, hingga masyarakat luas untuk bekerja sama meningkatkan kesadaran terhadap penyakit Myasthenia Gravis.

“Kesadaran adalah langkah awal untuk mencegah keterlambatan diagnosis dan memastikan keberlanjutan terapi,” ujarnya.

Myasthenia Gravis mungkin terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat, namun dampaknya bisa sangat nyata dan menghancurkan jika diabaikan. Deteksi dini dan pengobatan tepat dapat menjadi penyelamat, memungkinkan pasien tetap hidup produktif dan berdaya.

Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala kelemahan otot yang muncul dan hilang, jangan tunda untuk konsultasi ke dokter saraf.

Dalam kasus MG, waktu adalah kunci. Tubuh selalu memberi tanda, tugas kita adalah mendengarkannya sebelum terlambat.