Waspada! Daging Merah dan Makanan Pedas Bisa Picu Kanker Kandung Empedu
- https://www.pexels.com/photo/person-holding-a-bottle-of-beer-5738215/
Lifestyle, VIVA Bali –Pola makan tak sehat kini tak hanya berdampak pada obesitas atau diabetes, tapi juga bisa menjadi pintu masuk bagi salah satu jenis kanker paling mematikan: kanker kandung empedu. Hal ini diungkapkan oleh Prof. DR. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FACP, FINASIM, dalam temu media yang digelar di Jakarta, Selasa.
Dokter spesialis Hematologi Onkologi dari Universitas Indonesia itu menjelaskan bahwa kanker empedu termasuk jenis kanker yang sangat agresif, sulit dideteksi sejak dini, dan berisiko tinggi. Salah satu faktor utama yang meningkatkan risikonya adalah obesitas dan diabetes, yang erat kaitannya dengan pola makan.
“Kita tidak menyebut (jenis) makanan secara spesifik, tapi umumnya kanker berhubungan dengan makanan-makanan karsinogenik,” ujar Prof. Ikhwan.
Makanan karsinogenik adalah jenis makanan yang mengandung zat pemicu kanker. Salah satu contohnya adalah daging merah, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar dan berulang.
Menurut Prof. Ikhwan, konsumsi berlebihan daging merah dapat menyebabkan kegemukan. Dalam jangka panjang, kegemukan ini bisa berkembang menjadi diabetes melitus. Dua kondisi ini, obesitas dan diabetes terbukti meningkatkan risiko kanker kandung empedu secara signifikan.
“Orang gemuk dan yang sudah diabetes memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker empedu,” katanya.
Sementara itu, tren konsumsi makanan pedas yang marak di kalangan masyarakat, khususnya perempuan muda, juga disinggung dalam pernyataannya. Prof. Ikhwan menyebut belum ada penelitian ilmiah yang secara langsung menghubungkan makanan pedas dengan kanker empedu. Namun, ada hal yang patut diwaspadai.
“Kita tidak tahu ya zatnya itu apa, tapi kalau yang alami itu mungkin enggak terlalu pedas,” ujarnya.
Menurutnya, rasa pedas ekstrem yang ditemukan pada makanan olahan bisa jadi berasal dari zat tambahan yang belum tentu aman bagi tubuh. Selain itu, konsumsi makanan pedas secara berlebihan dapat merusak dinding lambung, menyebabkan luka, dan berpotensi memicu peradangan kronis yang pada akhirnya bisa berkembang menjadi kanker.
Prof. Ikhwan mengungkapkan bahwa 60 hingga 70 persen pasien kanker kandung empedu baru terdiagnosis saat sudah memasuki stadium lanjut, di mana operasi tak lagi menjadi pilihan karena kanker sudah menyebar (metastasis).
Ia menyebutkan bahwa secara global, insiden kanker kandung empedu mencapai 2,2 per 100.000 pria dan 2,4 per 100.000 wanita, sedangkan kanker saluran empedu lebih jarang, yakni kurang dari 2 per 100.000 orang.
“Tingkat kelangsungan hidup lima tahun bagi penderita kanker empedu hanya berkisar 5 sampai 15 persen,” tambahnya.
Melihat angka kematian yang tinggi dan sulitnya deteksi dini, Prof. Ikhwan menekankan pentingnya pencegahan sejak dini. Gaya hidup sehat menjadi kunci utama, terutama dalam hal menjaga pola makan, mengontrol berat badan, serta membatasi konsumsi makanan tinggi lemak dan olahan pedas.
“Jangan tunggu gejala muncul. Lebih baik mencegah daripada menyesal ketika sudah terlambat,” pungkasnya.