Konsep Tri Hita Karana dalam Bisnis, Perusahaan Bali yang Sukses Menyandingkan Profit, Planet, dan People
- https://bukitvista-uploads/2024/09/16161139/THK-1024x578.png
Lifestyle, VIVA Bali – Tri Hita Karana (THK), filosofi Bali yang menekankan harmoni antara manusia dan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan manusia (Pawongan), serta manusia dengan alam (Palemahan), kini menjadi pijakan bagi sejumlah pelaku usaha di pulau Dewata. Dalam praktiknya, prinsip ini bertransformasi ke dalam model bisnis yang tidak hanya mengejar profit, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Tri Hita Karana, Fondasi Harmoni
Secara etimologis, “Tri” berarti tiga, “Hita” adalah kesejahteraan atau kebaikan, dan “Karana” berarti penyebab. Konsep ini dirumuskan pertama kali melalui konferensi Hindu Bali pada 1966, kemudian meluas menjadi kerangka berpikir untuk pengelolaan lingkungan dan sosial di Bali .
1. Parahyangan: Menjaga relasi spiritual, misalnya melalui upacara keagamaan di tempat kerja atau menyediakan pelinggih.
2. Pawongan: Membangun hubungan antar-manusia lewat pelibatan tenaga kerja dan mitra lokal.
3. Palemahan: Mengaplikasikan praktik ramah lingkungan seperti daur ulang, pengurangan plastik, dan energi terbarukan.
Nakula Property Management, Mengakar di Lokal, Tumbuh Berkelanjutan
Nakula, berdiri sejak 2012, adalah perusahaan manajemen properti mewah di Bali yang mengelola lebih dari 70 vila dan hotel butik. Model bisnis mereka profit sharing atas keuntungan bersih, sehingga kesuksesan perusahaan beriringan dengan profitabilitas pemilik properti.
Implementasi Tri Hita Karana
1. Palemahan: Menghapus plastik sekali pakai, memakai panel surya, serta sistem daur ulang air di Amarta Beach Retreat, Tabanan.
2. Pawongan: Merekrut 100% tenaga kerja lokal, bermitra dengan seniman dan lembaga pariwisata setempat.
3. Parahyangan: Penyediaan pelinggih dan penyelenggaraan upacara adat di tiap properti.
CEO Christian Sunjoto menyatakan, “Pertumbuhan kami hanya akan terjadi apabila mitra kami turut berkembang” sebuah refleksi THK yang kuat.
Desa Swan Villas & Spa, Pelestarian Alam dan Pemberdayaan Komunitas
Desa Swan Villas & Spa di kawasan selatan Bali memberdayakan masyarakat lokal melalui program donor darah dan peningkatan fasilitas pendidikan anak-anak di Desa Selukat.
1. Palemahan: Rutin melakukan pembersihan pantai dan area publik, serta pelepasan tukik selama musim bertelur.
2. Pawongan: Menyalurkan dana CSR untuk beasiswa dan pelatihan keterampilan bagi warga.
3. Parahyangan: Fasilitas pura kecil dan pelaksanaan ritual bersama staf setiap Galungan dan Kuningan.
Alila Seminyak & Inisiatif Zero Waste to Landfill
Alila Hotels & Resorts memelopori inisiatif Zero Waste to Landfill sejak 2016. Mereka mendirikan iSuRRF, laboratorium daur ulang on-site yang mengubah sisa organik menjadi pupuk dan bahan berkualitas tinggi.
1. Palemahan: Kompos organik untuk kebun hotel, pemisahan sampah tertib.
2. Pawongan: Melibatkan tamu dan masyarakat lokal dalam edukasi pengelolaan sampah.
3. Parahyangan: Program retreat spiritual yang mengajarkan kesadaran lingkungan sebagai part of spiritual wellness.
Ijen Restaurant di Potato Head Beach Club, Zero Waste Dining
Ijen, bagian dari Potato Head Bali, merupakan restoran pertama di Indonesia yang mengadopsi filosofi zero‑waste sepenuhnya. Bahan bangunan hingga perabotan terbuat dari daur ulang; menu menekankan seafood lokal dan pengolahan limbah makanan menjadi pupuk atau pakan ternak.
Atlas Pearls, Dari Laut ke Komunitas
Atlas Pearls, produsen mutiara laut selatan, menempatkan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sebagai inti operasional:
1. Palemahan: Budidaya ramah lingkungan di perairan utara Bali.
2. Pawongan: Beasiswa untuk 60 anak, renovasi panti asuhan, dan sekolah lokal.
3. Parahyangan: Program spiritual retreat bagi staf untuk mendalami filosofi Hindu Bali.
Pelajaran Bisnis
Perusahaan‑perusahaan di Bali yang berhasil menyelaraskan profit, planet, dan people membuktikan bahwa filosofi local Tri Hita Karana dapat menjadi blueprint bagi model bisnis berkelanjutan. Dari Nakula hingga Atlas Pearls, harmoni spiritual, sosial, dan ekologis membentuk nilai tambah kompetitif sekaligus menjaga akar budaya.