Summer Solstice, Misteri Hari Terpanjang di Bumi yang Dirayakan dengan Api dan Bunga

Merayakan Midsummer, Tarian dalam Lingkaran Ceria
Sumber :
  • https://www.tenontours.com/destinations/sweden/celebrating-swedish-midsummer/

Lifestyle, VIVA liBali – Setiap tahunnya, sekitar tanggal 20 hingga 22 Juni, penduduk belahan bumi utara menyambut salah satu fenomena alam paling menakjubkan: Summer Solstice. Fenomena ini menandai hari terpanjang dan malam terpendek dalam setahun, sekaligus menjadi tanda resmi dimulainya musim panas.

Dalam budaya pagan, peristiwa ini dikenal sebagai Litha, sementara masyarakat Eropa utara menyebutnya Midsummer—sebuah momen spiritual dan budaya yang penuh makna, baik dari sisi astronomi maupun sosial.

Secara ilmiah, Summer Solstice terjadi ketika sumbu Bumi miring sekitar 23,5° dan bagian utara planet kita condong paling dekat ke arah Matahari. Karena posisi ini, sinar matahari jatuh paling langsung ke belahan utara dan membuat durasi siang hari menjadi sangat panjang.

Di beberapa wilayah seperti Skandinavia dan Alaska, fenomena midnight sun—di mana matahari tidak tenggelam sepanjang hari—bahkan bisa terlihat secara nyata. Menurut situs ilmiah Star Walk Space, pada titik solstice ini, Matahari berada pada posisi tertinggi di langit siang hari bagi pengamat di belahan bumi utara. Fenomena ini bukan hanya indah, tetapi juga penting bagi ekosistem karena memicu banyak proses biologis, terutama pada tanaman.

Summer Solstice juga sarat akan makna budaya dan spiritual. Dalam tradisi pagan kuno seperti Wicca, Litha merupakan momen untuk merayakan puncak kekuatan Matahari dan kehidupan. Ritual seperti menyalakan api unggun, membuat mahkota bunga, serta meditasi untuk keseimbangan batin kerap dilakukan.

Api melambangkan cahaya, perlindungan, dan pembersihan. Tradisi serupa juga terlihat di negara-negara Eropa utara seperti Swedia dan Finlandia, di mana masyarakat merayakan Midsummer dengan pesta rakyat, tarian mengelilingi maypole, serta menikmati makanan khas musim panas. Bahkan dalam tradisi Kristen, tanggal 24 Juni dikenal sebagai Hari Santo Yohanes (St. John’s Day) dan diperingati dengan upacara keagamaan serta nyala api sebagai simbol spiritualitas dan cahaya batin.

Dari sudut pandang ilmiah modern, Summer Solstice juga memiliki implikasi signifikan. Penelitian dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) mencatat bahwa sinyal musim panas dari matahari menjadi pemicu penting bagi fisiologi tanaman, seperti fotosintesis intensif dan pembungaan. Menariknya, puncak panas justru terjadi beberapa minggu setelah solstice karena efek yang disebut seasonal lag, yakni waktu yang dibutuhkan bumi untuk menyerap dan menyimpan energi panas dari sinar matahari.