Kalcer Bukan Sekadar Gaya, Tapi Identitas Gen Z

Tren Kalcer Warnai Gaya Hidup Gen Z
Sumber :
  • https://pixabay.com/photos/young-man-teen-streetwear-fashion-6995464/

Gaya Hidup, VIVA Bali – Di era digital seperti sekarang, anak-anak muda – khususnya Gen Z – sangat lekat dengan media sosial, teknologi, dan budaya populer yang sedang nge-tren. Istilah kalcer pun muncul sebagai kata gaul baru yang ramai diperbincangkan di kalangan remaja.

Sederhananya, kalcer adalah singkatan dari culture (budaya) dan kini digunakan untuk menyebut segala hal yang “kekinian” atau sedang hype di kalangan anak muda.

Kalcer sebenarnya berasal dari kata culture dalam bahasa Inggris yang berarti budaya. Awalnya cuma istilah slang untuk menunjukkan pemahaman tentang budaya pop atau tren terbaru. Namun, karena penggunaan anak-anak muda yang santai, maknanya berkembang. Sekarang, “kalcer” tidak hanya merujuk arti harfiah budaya, tapi juga gaya hidup kekinian yang mencakup fashion, hobi, bahkan playlist musik terbaru.

kalcer juga dipakai untuk menyebut tren fashion, otomotif, musik, dan gaya hidup kelas menengah muda urban. Artinya, jika kamu disebut orang kalcer, kamu dianggap selalu update dengan perkembangan gaya hidup modern.

Apa Sih Maksudnya Kalcer?

Kalcer adalah istilah gaul yang merujuk pada tren dan gaya hidup anak muda. Biasanya istilah ini dipakai untuk menggambarkan orang yang “up to date” dengan segala hal baru, mulai dari model pakaian, lagu-lagu hits, hingga tempat nongkrong hits.

kalcer juga bisa berarti sebagai gambaran bagi orang-orang yang suka hal-hal estetis – misalnya kafe kekinian dengan desain Instagram-able, musik-musik indie yang relate, sampai konser dengan gaya vibes skena. Intinya, kalcer jadi label untuk segala tren pop yang ngehits di kalangan Gen Z.

Banyak juga anak muda merasa “kurang kalcer” jika tidak mengikuti hal-hal ini. Misalnya, seseorang mungkin diejek karena belum nonton film atau dengar musik terbaru. Kalcer pun menjadi bagian dari bahasa sehari-hari anak muda gaul. Lewat istilah ini, mereka menunjukkan bahwa mereka selalu sadar tren terbaru – baik itu film, musik, fashion, atau bahkan jajanan viral di media sosial.

Fenomena kalcer melejit berkat media sosial. Tren ini menyebar dengan cepat melalui platform seperti TikTok, Instagram, dan X (dulu Twitter). Pengguna usia 18–24 tahun menjadi kelompok yang paling aktif dalam menyebarkan istilah ini. Banyak konten kreator yang menggunakan istilah kalcer dalam video mereka, baik untuk menyindir tren, memperkenalkan tren baru, atau sekadar bercanda. Alhasil, kalcer menjadi semacam identitas online bagi anak muda masa kini.

Singkatnya, media sosial berperan sebagai inkubator tren kalcer – jika ada yang nge-hits di TikTok atau X, seketika istilah ini ikut naik daun. Dan karena media sosial bersifat visual dan cepat, maka segala hal yang “kalcer” cepat sekali menjalar ke banyak kelompok remaja.

Kalcer dalam Gaya Hidup Sehari-hari Anak Muda

Pengaruh kalcer sangat terlihat di gaya hidup anak muda sehari-hari:

Fashion. Anak-anak kalcer biasanya suka bereksperimen dengan gaya retro, Y2K, atau streetwear terbaru. Mereka juga ikut tren berpakaian minimalis ala Jepang atau Korea karena dianggap aesthetic dan chic.

Nongkrong. Kalcer juga identik dengan tempat-tempat nongkrong seperti coffee shop yang desainnya estetik dan Instagram-able. Tempat yang menjual suasana “skena” jadi pilihan utama buat hangout, kerja tugas, atau sekadar ngonten.

Musik dan Hiburan. Kalcer mengajak anak muda nonton konser indie, mendengarkan musisi lokal yang lagi naik daun, atau ikutan tren musik lo-fi dan synth pop.

Kuliner. Mulai dari es kopi susu kekinian, street food Korea, hingga camilan yang viral di TikTok – semua jadi bagian dari gaya hidup kalcer. Nongkrong sambil foto makanan sebelum makan jadi rutinitas wajib.

Fenomena kalcer memang tak bisa dipisahkan dari generasi sekarang. Ia menjadi penanda zaman sekaligus identitas gaya hidup Gen Z. Namun, penting bagi anak muda untuk menyikapinya dengan bijak: mana yang bisa diikuti, mana yang sekadar tren sesaat. Karena sejatinya, jadi kalcer bukan soal selalu ikut arus, tapi tahu kapan harus menciptakan arus sendiri.