Bisa Jadi Tanda Toxic, Waspadai Jika Keluargamu Mengucapkan Kalimat Ini!
- https://www.freepik.com/free-photo/young-child-suffering-from-abuse-by-parents-fighting-home_39427838.htm
Lifestyle, VIVA Bali – Saat berkomunikasi dengan keluarga, psikolog menyampaikan, ada kemungkinan beberapa dari kita kerap kali mendengar beberapa frasa yang cenderung ke arah obrolan tidak sehat. Kalimat-kalimat yang menunjukkan adanya dinamika hubungan yang kurang sehat dalam keluarga bisa jarang dikenali di awal.
Dampaknya, hal tersebut dapat menghilangkan kepercayaan dan kekuatan dalam kita secara perlahan, karena terbiasa menganggap itu hal yang sepele. Berikut beberapa kata yang cenderung menunjukkan adanya dinamika hubungan yang kurang sehat atau toxic (beracun) di dalam keluarga. Informasi ini telah dilansir dari laman berita Global English Editing yang bertajuk “7 Phrases Toxic Family Members Tend to Use in Everyday Conversation, Says Psychology”, di antaranya seperti :
1. “Kamu Sensitif Banget”
Pernah mendengar kalimat seperti ini? Psikologi mengungkapkan, pada dasarnya, sangat wajar bila semua anggota keluarga memiliki ekspresi perasaan yang berbeda. Namun, jika kamu pernah dikomentari oleh kalimat seperti ini, ini bisa menjadi tanda yang patut diwaspadai. Dengan kata lain, kalimat ini telah menunjukkan seseorang tersebut menganggap sepele dan tidak mempedulikan bagaimana kondisi emosional yang sedang dialami oleh individu lain.
2. “Itu Enggak Pernah Terjadi”
Hati-hati dengan kalimat ini, bisa jadi ini merupakan salah satu bagian dari istilah dalam gaslighting. Gaslighting sendiri merupakan upaya seseorang untuk membuat individu lain meragukan segala persepsi, kepercayaan, ingatan, pengalaman hingga kewarasan yang dimiliki individu lain tersebut. Mereka dapat bersikeras untuk mulai meragukan sesuatu dalam dirimu dan membuatnya seolah-olah itu tidak pernah terjadi.
Gaslighting sering menyebabkan kebingungan dan perasaan tidak yakin terhadap diri sendiri, akibat kalimat-kalimat yang cenderung terdengar manipulatif. Pada kenyataannya, yang berhak atas pengalaman dan perasaan yang dimiliki olehmu adalah dirimu sendiri, bukan seseorang yang secara tiba-tiba meragukannya tanpa sebab. Jadi penting ungkap psikologi, untuk tetap percaya atas ingatan dan persepsimu sendiri.
3. “Kamu Engga Bisa Ya Kayak…?”
Tanda hubungan yang tidak sehat lainnya dalam keluarga, ialah seperti munculnya perkataan ini. Anggota keluarga yang cenderung kurang menghargaimu, memungkinkan mereka untuk mulai membandingkan dirimu dengan orang lain seperti mengucapkan frasa ini atau mengatakan kalimat lain seperti “kenapa sih kamu engga bisa kayak sepupumu?” Dia bisa kok selalu dapat nilai A”.
Frasa ini akan membuat siapapun yang mendapatkannya, tidak merasa cukup baik atas dirinya sendiri, hingga kemungkinan akan kehilangan kepercayaan atas dirinya sendiri karena merasa kurang dihargai apa adanya. Wajib diketahui, tiap seseorang, sudah memiliki kelebihan, keunikan, kekurangan, serta potensi dan bakatnya masing-masing. Sehingga tidak perlu memaksa siapapun untuk menjadi versi yang orang lain inginkan.
4. “Aku Udah Ngelakuin Semuanya Buat Kamu”
Masih dari portal berita yang sama, sebuah studi ditemukan dari University of Notre Dame, orang tua kerap menaruh rasa bersalah atau rasa berhutang budi kepada anaknya, hingga menimbulkan dampak negatif yang menurunkan kesejahteraan anak-anak tersebut saat dewasa. Hal itu dikarenakan adanya anggapan orang tua terhadap anaknya yang merasa wajib membalas apa yang sudah dilakukan oleh orang tua tersebut.
Komentar seperti ini selalu digunakan untuk mengontrol serta memanipulasi seseorang. Kamu pun pada akhirnya, dengan berat hati bisa merasa berhutang budi dan perlu memaksakan dirimu untuk memenuhi tuntutan mereka.
5. “Cuma Bercanda Kali”
Kadang kali, ada dari salah satu atau beberapa anggota keluargamu yang mungkin berusaha menyampaikan sindiran atau melontarkan sebuah penghinaan yang ditutupi dengan ucapan seperti ini. Ucapan ini menurut psikologi merupakan bentuk pelarian dari tanggung jawab atas ucapan yang melukai seseorang.
6. “Ini Semua Tuh Demi Kebaikan Kamu”
Penyampaian bahasa ini, terdengar seperti bentuk perhatian. Akan tetapi pada nyatanya, dibalik ini semua ada upaya untuk mengontrol dan menolak keinginan serta pendapat seseorang. Ingatlah, jika setiap orang pada dasarnya berhak atas keputusan yang dibuatnya untuk dirinya sendiri. Belajar untuk lebih mempercayai dirimu dan mendengar apa kata hatimu itu lebih baik dibandingkan kontrol dan paksaan dari seseorang, berikut menurut Psikologi.