Upacara Mappanretasi, Ritual Pesta Laut Bugis Pagatan
- https://www.instagram.com/p/BSst1b3B4ze/?igsh=MXh2eHo4dXJoZDMwZw==
Tradisi, VIVA Bali –Kalimantan Selatan menyimpan kekayaan budaya yang tak kalah menarik dari daerah lain di Indonesia. Salah satu tradisi yang paling dikenal adalah Upacara Mappanretasi, ritual laut yang berasal dari masyarakat Suku Bugis Pagatan. Tradisi ini bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk rasa syukur masyarakat pesisir atas hasil laut yang melimpah, serta doa agar keselamatan selalu menyertai para nelayan.
Upacara Mappanretasi biasanya digelar setiap bulan April, bertepatan dengan pergantian musim barat ke musim tenggara. Dalam sejarahnya, tradisi ini sudah ada sejak abad ke-19, dimulai pada masa Kerajaan Pagatan di bawah pimpinan Arung Abdul Rahim Andi Sallo, raja terakhir Pagatan. Beliau dipercaya sebagai sosok pertama yang melarungkan sesajen ke laut sebagai persembahan kepada Sawerigading, tokoh mitologis Bugis yang dianggap penguasa lautan.
Bagi masyarakat Bugis Pagatan, laut adalah sumber kehidupan. Karena itu, Mappanretasi memiliki makna yang dalam sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Tuhan atas rezeki dari laut. Selain itu, ritual ini juga menjadi doa bersama untuk keselamatan para nelayan agar terhindar dari badai, ombak besar, dan hal-hal buruk saat mencari ikan.
Dalam keyakinan tradisional, ritual ini juga dianggap sebagai tanda penghormatan kepada leluhur dan penjaga laut, terutama Sawerigading. Meski demikian, makna spiritual yang lebih luas adalah pengakuan manusia atas keterbatasan diri di hadapan alam dan Tuhan.
Rangkaian Prosesi Mappanretasi
Pelaksanaan Mappanretasi tidak dilakukan sembarangan. Prosesi ini dipimpin oleh seorang Sandro, yaitu pemuka adat yang memiliki pengetahuan spiritual tinggi dan biasanya memperoleh gelarnya secara turun-temurun. Sandro mengenakan pakaian adat Bugis berwarna kuning lengkap dengan kopiah, simbol kesakralan dan kehormatan.
Puncak acara disebut Ritual Mallarung, yaitu melarungkan sesajen ke laut. Sesajen terdiri dari ketan warna-warni, pisang, ayam jantan dan betina, bunga rampai, serta bahan-bahan lain yang memiliki pesan moral tersendiri. Warna-warni ketan melambangkan keragaman rezeki, ayam jantan dan betina menjadi simbol keseimbangan alam, sedangkan bunga rampai menggambarkan keharuman dan kebaikan hati manusia.
Sandro perempuan biasanya mempersiapkan perlengkapan dan sesajen, sementara sandro laki-laki memimpin proses mallarung di laut menggunakan kapal nelayan yang sudah dihias indah. Prosesi ini diikuti dengan doa bersama dan tabuhan musik tradisional, menciptakan suasana sakral yang dipadukan dengan kegembiraan masyarakat pesisir.
Ritual Sakral Menjadi Event Pariwisata
Seiring waktu, Mappanretasi berkembang dari upacara adat sederhana menjadi festival budaya besar yang digelar setiap tahun di Kabupaten Tanah Bumbu. Kini, tradisi ini menjadi salah satu agenda pariwisata unggulan Kalimantan Selatan, menarik wisatawan lokal hingga mancanegara.
Selama acara, pemerintah daerah turut menggelar panggung hiburan rakyat, bazar kuliner, hingga pameran hasil laut. Momen ini menjadi ajang bagi masyarakat untuk menampilkan kesenian daerah, tari-tarian Bugis, dan musik tradisional, menjadikan Mappanretasi sebagai simbol perpaduan antara adat, budaya, dan pariwisata.
manusia dengan alam, budaya, dan Tuhan dalam satu harmoni yang tak lekang oleh waktu.