Bahasa Daerah yang Terancam Punah, Menjaga Bahasa Ibu di Tengah Globalisasi
- https://saintif.com/ragam-bahasa-indonesia/
Budaya, VIVA Bali –Indonesia dikenal sebagai negara dengan keragaman bahasa yang sangat kaya. Data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat terdapat lebih dari 700 bahasa daerah yang digunakan oleh berbagai kelompok etnis di seluruh Nusantara. Namun, perkembangan zaman dan derasnya arus globalisasi membuat sejumlah bahasa daerah mengalami penurunan jumlah penutur, bahkan terancam punah.
Bahasa Daerah di Ujung Tanduk
Berdasarkan peta bahasa dari Kemendikbudristek, hingga saat ini puluhan bahasa daerah berada dalam kondisi kritis. Generasi muda lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing dalam keseharian mereka, terutama di lingkungan perkotaan. Faktor urbanisasi, perkawinan antar-etnis, serta penetrasi media global turut mempercepat berkurangnya penggunaan bahasa ibu.
“Jika bahasa daerah hilang, maka identitas budaya juga ikut memudar,” tulis laporan resmi Badan Bahasa. Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga penyimpan pengetahuan tradisional, kearifan lokal, serta ekspresi budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Pentingnya Melestarikan Bahasa Ibu
UNESCO telah menetapkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional, untuk mengingatkan dunia akan pentingnya menjaga keragaman bahasa. Di Indonesia, peringatan ini sejalan dengan upaya menjaga warisan budaya nasional. Melestarikan bahasa daerah berarti memastikan bahwa cerita rakyat, pepatah, lagu daerah, hingga doa adat tetap dapat dipahami dan diwariskan.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengenal bahasa ibu sejak dini cenderung lebih mudah mempelajari bahasa lain. Hal ini menjadikan pelestarian bahasa daerah tidak hanya sebagai upaya menjaga tradisi, tetapi juga sebagai investasi pendidikan dan intelektual.
Upaya Pemerintah dan Masyarakat
Kemendikbudristek melalui Badan Bahasa telah menjalankan program revitalisasi bahasa daerah di berbagai provinsi. Program ini melibatkan sekolah, komunitas adat, dan masyarakat lokal untuk kembali menggunakan bahasa ibu dalam aktivitas sehari-hari.
Di beberapa daerah, telah dilakukan lomba pidato, dongeng, dan menulis cerita dalam bahasa daerah sebagai sarana memperkenalkan kembali bahasa tersebut kepada generasi muda. Media digital pun mulai dimanfaatkan untuk mempopulerkan bahasa daerah, misalnya melalui konten media sosial, aplikasi belajar bahasa, hingga kamus digital.
Menjaga Bahasa, Menjaga Jati Diri
Bahasa daerah adalah salah satu wujud nyata kekayaan bangsa. Kehilangannya bukan hanya kehilangan kata-kata, tetapi juga hilangnya memori kolektif dan identitas budaya. Karena itu, pelestarian bahasa ibu di tengah arus globalisasi menjadi tanggung jawab bersama: pemerintah, akademisi, komunitas adat, hingga masyarakat luas.
Dengan kesadaran dan kerja sama, bahasa daerah tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga dapat berkembang sebagai bagian dari identitas Indonesia yang beragam dan mendunia.