Tari Taruna Jaya, Tarian Kreasi Bali yang Energik Menggambarkan Semangat Pemuda Dewasa di Buleleng

Taruna Jaya, tari kekebyaran populer Buleleng
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/DCTQOe8yurS/?igsh=MWM5NGU1amwyeTI5Zw==

Budaya, VIVA Bali –Bali memiliki seni pertunjukan tradisional yang menawarkan pengalaman emosional mendalam, yaitu Tari Taruna Jaya. Berasal dari Kabupaten Buleleng, Bali Utara, tarian ini juga dikenal sebagai Tari Teruna Jaya atau Truna Jaya. Tarian ini menceritakan seorang putera atau pemuda yang menginjak usia dewasa, dengan ekspresi kuat, emosional tinggi, serta ulah energik dalam memikat hati seorang wanita. Meskipun bertema pemuda, Tari Taruna Jaya termasuk tari putera keras yang biasanya ditarikan oleh penari perempuan, menjadikannya sebagai tari babancihan yang memadukan karakter laki-laki dan perempuan (wikipedia.org).

 

Penciptaan Tari Taruna Jaya dilansir dari basabali.org, dilatarbelakangi oleh perkembangan seni tari kreasi baru di Bali pada awal abad ke-20, khususnya pengaruh Tari Kakebyaran dan semangat kebyar. Tari ini diciptakan pada tahun 1915 oleh I Wayan Paraupan atau Pan Wandres dari Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, dalam bentuk Kebyar Legong, tarian ini kemudian disempurnakan oleh I Gede Manik. Tari Trunajaya menggambarkan gerak-gerik pemuda beranjak dewasa yang sangat emosional, di mana tingkah lakunya senantiasa berusaha memikat hati wanita. Sebagai tari putra keras yang dibawakan oleh penari putri, tarian ini berfungsi sebagai hiburan fleksibel yang bisa dipentaskan di halaman pura, lapangan, panggung tertutup atau terbuka, maupun lokasi lainnya, menciptakan harmoni antara tradisi dan ekspresi dinamis.

 

Sekitar tahun 1950, Tari Kebyar Legong dipentaskan di depan Presiden Soekarno dan tamu-tamunya di sebuah hotel di Denpasar, menandai momen pengakuan awalnya sebagai seni tari energik. Presiden Pertama Republik Indonesia, yang dikenal sebagai penyayang seni dan ibunya berasal dari Buleleng, tak mampu menyembunyikan kekagumannya terhadap pentas tari tunggal yang begitu dinamis, didukung iringan gamelan Gong Kebyar yang gegap gempita. Soekarno kemudian memberi nama ciptaan I Gede Manik ini sebagai Tarunajaya, yang berarti "taruna yang digjaya" atau pemuda yang gemilang. Diresmikan secara nasional melalui pengakuan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada Oktober 2018, Tari Taruna Jaya masih dalam tahap promosi dan pelestarian intensif (bulelengkab.go.id).

Hingga saat ini, sejumlah elemen seni telah terbentuk dalam Tari Taruna Jaya dilansir dari basabali.org, antara lain: gerakan dinamis dan emosional sebagai tari tunggal atau berkelompok dengan durasi fleksibel mulai 11 menit, diiringi Gamelan Gong Kebyar yang gegap gempita; riasan wajah putra halus menggunakan eyeshadow kuning, merah, dan biru, alis agak tinggi, serta tali kidang; kostum khas berupa kamen atau kancut ungu prada bermotif wajik, dipakaikan seperti kain babancihan dengan sisa di sebelah kiri sebagai kancut, lengkap dengan udeng khas, garuda mungkur di belakang, satu bunga sandat, bunga kuping (merah dan putih), serta rumbing. Selain itu, akan dikembangkan panggung permanen dan pertunjukan hybrid yang akan menambah daya tarik seni tradisional baru di Kabupaten Buleleng. Tari Taruna Jaya menawarkan pengalaman seni yang menggabungkan emosi mendalam pemuda Bali dengan gerakan energik kebyar dan kostum autentik, membawa penonton terhanyut dalam pesona romantis dan dinamis.