Kerik Gigi Suku Mentawai, Antara Identitas Budaya dan Risiko Kesehatan

Perempuan suku Mentawai setelah melakukan Kerik Gigi.
Sumber :
  • https://nationalgeographic.grid.id/read/13939751/harus-menahan-sakit-inilah-tradisi-kerik-gigi-bagi-wanita-mentawai?page=all

Budaya, VIVA Bali – Indonesia memiliki beragam tradisi unik yang diwariskan turun-temurun, salah satunya adalah tradisi kerik gigi yang dilakukan oleh perempuan Suku Mentawai. Tradisi ini bukan sekadar praktik estetika, tetapi juga memiliki makna spiritual, sosial, sekaligus identitas budaya yang melekat kuat pada masyarakat Mentawai.

Namun, riset terbaru menunjukkan bahwa tradisi ini membawa dampak serius bagi kesehatan gigi dan mulut perempuan yang melakukannya.

Apa Itu Tradisi Kerik Gigi?

Kerik gigi merupakan proses meruncingkan gigi bagian atas dan bawah sehingga menyerupai gigi ikan hiu. Tradisi ini biasanya dilakukan pada perempuan Mentawai yang memasuki usia remaja. Selain dianggap sebagai simbol kecantikan, tradisi ini juga diyakini sebagai bentuk pengendalian diri dari enam sifat buruk manusia atau Sad Ripu: hawa nafsu, tamak, marah, mabuk, iri hati, dan bingung.

Prosesnya dilakukan oleh sikerei, yaitu tokoh spiritual yang memiliki kedudukan penting dalam masyarakat Mentawai. Uniknya, pengerikan dilakukan tanpa pembiusan dengan alat sederhana dari kayu atau besi, sehingga sering menimbulkan rasa sakit luar biasa.

Dampak pada Kebersihan Mulut