Perpustakaan Bayan, Sang Penjaga Ilmu di Tengah Tradisi

Ilustrasi Bayan dan pustaka antiknya
Sumber :
  • https://unsplash.com/id/foto/buku-tumpukan-di-rak-kayu-coklat-_YzGQvASeMk?utm_content=creditShareLink&utm_medium=referral&utm_source=unsplash

Tak kalah menarik, fungsi pendidikan juga berjalan secara alami. Anak-anak hingga orang dewasa bisa datang untuk belajar membaca naskah kuno, memahami sejarah lokal, atau sekadar mendengarkan kisah dari tetua adat. Perpustakaan menjadi kelas terbuka yang tak mengenal sekat umur maupun status sosial. "Perpustakaan Bayan bukan hanya menjaga pengetahuan, tapi juga mengajarkannya dengan cara yang kontekstual,” tulis peneliti dalam temuannya.

Menjaga Identitas di Tengah Arus Zaman

Di era digital, keberadaan perpustakaan tradisional seperti Bayan semakin penting. Ia bukan hanya benteng dari lupa, tetapi juga medium untuk membangun identitas kolektif. Dengan tetap hidup, perpustakaan ini membuktikan bahwa tradisi bisa berjalan seiring perkembangan zaman, asalkan ada kesadaran dan keterlibatan masyarakat.

Perpustakaan Bayan memberi kita pelajaran berharga. Bahwa sebuah perpustakaan tak selalu identik dengan gedung megah atau sistem digital mutakhir. Ia bisa lahir dari akar budaya, tumbuh bersama masyarakat, dan bertahan justru karena menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dicatat dalam rujukan, Perpustakaan Bayan adalah simbol bahwa pengetahuan dan budaya tidak boleh tercerabut dari akarnya. Ia hidup, mengakar, dan memberi arti bagi generasi yang datang.