Perpustakaan Bayan, Sang Penjaga Ilmu di Tengah Tradisi

Ilustrasi Bayan dan pustaka antiknya
Sumber :
  • https://unsplash.com/id/foto/buku-tumpukan-di-rak-kayu-coklat-_YzGQvASeMk?utm_content=creditShareLink&utm_medium=referral&utm_source=unsplash

Budaya, VIVA Bali – Di sebuah sudut Lombok Utara, berdiri sebuah warisan yang tak hanya menyimpan buku, tetapi juga nilai-nilai luhur masyarakat adat, dan itulah tentang Perpustakaan Bayan. Bukan sekadar ruang sunyi penuh rak kayu, perpustakaan ini adalah denyut pengetahuan tradisional yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari warganya.

Jejak Pengetahuan dari Masa ke Masa

Penelitian yang dilakukan oleh Bonang & Fitriyah pada 2023 lalu mengungkap bahwa Perpustakaan Bayan berfungsi lebih dari sekadar tempat menyimpan koleksi. Ia menjadi sumber informasi, pendidikan, sekaligus pelestarian budaya. Koleksinya tak hanya berupa buku cetak, tetapi juga naskah kuno, dokumen adat, hingga catatan sejarah lokal. Dengan begitu, perpustakaan ini menghadirkan pengetahuan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Hadir menjadi ruang yang menjaga kesinambungan antara modernitas dan tradisi.

Perpustakaan yang Merakyat

Berbeda dengan perpustakaan modern yang kerap terkesan formal, Perpustakaan Bayan hadir dari dan untuk masyarakat. Masyarakat setempat bukan hanya pengguna, tetapi juga penjaga sekaligus penyumbang isi pengetahuan. Ada kebiasaan unik di mana cerita rakyat, lontar, hingga catatan adat disumbangkan untuk dirawat bersama. Bonang & Fitriyah juga mencatat, hal ini menjadikan perpustakaan bukan sekadar institusi pengetahuan, tetapi juga “ruang budaya” yang menyatukan komunitas.

Pendidikan Berbasis Tradisi

Tak kalah menarik, fungsi pendidikan juga berjalan secara alami. Anak-anak hingga orang dewasa bisa datang untuk belajar membaca naskah kuno, memahami sejarah lokal, atau sekadar mendengarkan kisah dari tetua adat. Perpustakaan menjadi kelas terbuka yang tak mengenal sekat umur maupun status sosial. "Perpustakaan Bayan bukan hanya menjaga pengetahuan, tapi juga mengajarkannya dengan cara yang kontekstual,” tulis peneliti dalam temuannya.

Menjaga Identitas di Tengah Arus Zaman

Di era digital, keberadaan perpustakaan tradisional seperti Bayan semakin penting. Ia bukan hanya benteng dari lupa, tetapi juga medium untuk membangun identitas kolektif. Dengan tetap hidup, perpustakaan ini membuktikan bahwa tradisi bisa berjalan seiring perkembangan zaman, asalkan ada kesadaran dan keterlibatan masyarakat.

Perpustakaan Bayan memberi kita pelajaran berharga. Bahwa sebuah perpustakaan tak selalu identik dengan gedung megah atau sistem digital mutakhir. Ia bisa lahir dari akar budaya, tumbuh bersama masyarakat, dan bertahan justru karena menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dicatat dalam rujukan, Perpustakaan Bayan adalah simbol bahwa pengetahuan dan budaya tidak boleh tercerabut dari akarnya. Ia hidup, mengakar, dan memberi arti bagi generasi yang datang.