Upacara Ngunduh Mantu Jawa Tengah! Makna, Tujuan dan Rangkaian Prosesi
- https://www.instagram.com/p/DN3_ZEZk1_r/?img_index=1&igsh=MWUyMXR2dGkweTU1Mg==
Budaya, VIVA Bali – Ngunduh Mantu menjadi salah satu prosesi penting dalam rangkaian pernikahan adat Jawa Tengah. Upacara ini melambangkan penerimaan mempelai wanita ke dalam keluarga besar pihak pria sekaligus menandai selesainya seluruh prosesi pernikahan. Kehadiran kedua mempelai di rumah keluarga pria juga menjadi pengumuman resmi kepada masyarakat sekitar bahwa pasangan tersebut telah sah sebagai suami istri dan siap membangun kehidupan baru.
Makna dan Tujuan Ngunduh Mantu
Ngunduh Mantu memiliki makna mendalam bagi kedua keluarga. Mempelai wanita diperkenalkan sebagai anggota baru keluarga besar mempelai pria, mempererat ikatan silaturahmi, dan memperkuat rasa kebersamaan. Prosesi ini juga menjadi ajang berbagi kebahagiaan dengan kerabat serta tetangga, sekaligus mengumumkan kepada khalayak bahwa pengantin pria telah berumah tangga. Dalam tradisi Jawa, Ngunduh Mantu melambangkan restu dan doa orang tua agar rumah tangga yang baru dibangun selalu harmonis dan penuh keberkahan.
Rangkaian Prosesi Ngunduh Mantu
Upacara dimulai dengan pemberangkatan kedua mempelai bersama keluarga mempelai wanita menuju kediaman mempelai pria. Iring-iringan atau kirab ageng ini menjadi simbol penghormatan kepada pihak keluarga pria dan masyarakat sekitar.
Setibanya di lokasi, acara berlanjut dengan prosesi penyerahan pengantin atau imbal wicara. Pihak keluarga wanita secara simbolis menyerahkan pasangan pengantin kepada keluarga mempelai pria sebagai tanda selesainya tanggung jawab mereka.
Tahap berikutnya dikenal dengan wijik pupuk, di mana ibu mempelai pria mencuci kaki kedua mempelai menggunakan air bunga setaman. Ritual ini dipercaya membersihkan energi negatif dan memberi keberkahan sebelum mereka melangkah ke kehidupan baru.
Orang tua mempelai pria kemudian memberikan unjukan tirto wening, yakni air suci yang diminum oleh pengantin. Simbol ini melambangkan kejernihan hati dan pikiran untuk membangun rumah tangga yang tenteram. Setelah itu dilakukan sindur binayang, yaitu pengalungan kain sindur pada kedua mempelai oleh ibu mempelai pria. Kain tersebut menjadi tanda kasih sayang dan peran mempelai pria sebagai pelindung keluarga.
Prosesi dilanjutkan dengan sungkeman. Kedua mempelai bersujud di hadapan orang tua masing-masing untuk memohon restu sekaligus menyampaikan rasa terima kasih atas doa dan bimbingan yang diberikan.
Sebagai penutup, keluarga menggelar acara ramah tamah dan menyajikan hidangan kepada para tamu undangan. Pada beberapa daerah di Jawa Tengah, Ngunduh Mantu ditutup dengan ritual tumplak punjen, yaitu penyebaran udik-udik berupa beras kuning dan uang koin sebagai simbol rasa syukur orang tua karena semua anak telah menikah.
Nilai Budaya yang Terjaga
Ngunduh Mantu bukan sekadar seremoni pernikahan, melainkan warisan budaya yang memuat nilai penghormatan, kebersamaan, dan doa restu orang tua. Pelestarian tradisi ini penting agar generasi mendatang tetap memahami filosofi luhur yang terkandung di dalamnya. Upacara Ngunduh Mantu memperlihatkan betapa masyarakat Jawa memuliakan momen pernikahan dengan penuh tata krama, keindahan, dan makna mendalam.