Mbaru Niang Wae Rebo! Warisan Budaya Keindahan Rumah Adat di Atas

Potret Mbaru Niang dari Atas
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/CraEscYP6kk/?igsh=ejAyOWRwMjh1cHp1

Budaya, VIVA Bali Tercatat sebuah kampung adat di ketinggian 1.111 mdpl yang dijuluki “Kampung di Atas Awan” Wae Rebo, yang terletak di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, menjadi destinasi unggulan bagi wisatawan yang ingin merasakan kehidupan suku tradisional Manggarai. Daya tarik kampung utama ini adalah Mbaru Niang, rumah adat berbentuk kerucut dengan atap ijuk yang menjuntai hingga hampir menyentuh tanah.

 

Mbaru Niang bukan sekedar bangunan tempat tinggal. Rumah adat ini mencerminkan keselarasan manusia dengan alam dan kehidupan sosial masyarakat Wae Rebo. Seluruh strukturnya dibangun dari kayu dan bambu, diikat dengan tali rotan tanpa menggunakan paku, menandakan kearifan lokal yang kuat dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

Bangunan Mbaru Niang terdiri dari lima lantai dengan fungsi berbeda:

Lutur/Luntur: Zona publik dan ruang keluarga.

Lobo: Tempat penyimpanan bahan makanan dan kebutuhan harian.

Lentar: Area penyimpanan bibit tanaman pertanian.

Lempa Rea: Cadangan makanan untuk masa paceklik atau gagal panen.

Hekang Kode: Ruang khusus untuk sesajen yang dipersembahkan kepada leluhur.

Bentuk kerucutnya yang unik melambangkan perlindungan dan persatuan masyarakat. Selain sebagai tempat tinggal, Mbaru Niang juga berfungsi sebagai pusat musyawarah, pelaksanaan upacara adat, dan penerimaan tamu.

 

Warisan Budaya Dunia

Keindahan dan keunikan arsitektur Mbaru Niang mendapat pengakuan dunia. Pada bulan Agustus 2012, UNESCO menetapkannya sebagai Warisan Budaya Dunia. Sejak saat itu, Wae Rebo semakin dikenal luas dan menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin merasakan atmosfer kampung adat yang masih terjaga keasliannya.

 

Wae Rebo Kampung di Atas Awan

Selain Mbaru Niang, pesona Wae Rebo terletak pada lanskap alamnya yang memukau. Kampung ini dikelilingi perbukitan hijau yang asri dan udara sejuk khas dataran tinggi. Terdapat tujuh rumah adat di sini, terdiri dari satu Mbaru Gendang (rumah induk) dan enam Niang Gena (rumah tempat tinggal). Rumah induk biasanya dihuni oleh delapan kepala keluarga, sedangkan masing-masing rumah lainnya dihuni oleh enam kepala keluarga.

Penduduk Wae Rebo berjumlah lebih dari 600 jiwa yang mayoritas berprofesi sebagai petani kopi, cengkeh, dan umbi-umbian. Kopi Wae Rebo bahkan dikenal memiliki cita rasa khas yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

 

Akses Menuju Wae Rebo

Untuk mencapai kampung adat ini, pengunjung dapat memulai perjalanan dari Kota Ruteng menuju Denge dengan jarak sekitar 75 kilometer atau waktu tempuh sekitar 2,5 jam. Dari Denge, perjalanan dilanjutkan dengan trekking sejauh 8,1 kilometer yang memakan waktu kurang lebih dua jam. Jalur yang dilalui melewati hutan tropis dan perbukitan, menawarkan pemandangan alam yang memanjakan mata sepanjang perjalanan.

 

Mbaru Niang dan Kampung Adat Wae Rebo adalah bukti nyata kekayaan budaya Nusantara yang masih terjaga dengan baik. Mengunjungi tempat ini bukan hanya soal melihat rumah adat yang unik, tetapi juga menyelami kehidupan masyarakat yang hidup selaras dengan alam. Bagi pecinta budaya dan alam, Wae Rebo adalah destinasi yang wajib dikunjungi setidaknya sekali seumur hidup.