Menapaki Desa Penglipuran, Harmoni Alam dan Budaya dalam Balutan Tradisi Bali

Harmoni Antara Alam dan Budaya di Desa Penglipuran Bali
Sumber :
  • Sumber foto: https://www.guiaturisticobali.com/desa-penglipuran/

 

1.    Kearifan dalam sistem adat

Desa wisata ini mengadopsi dua sistem kepemimpinan yaitu sistem formal dan sistem adat. Aturan adat diatur melalui awig-awig yang berlandaskan pada filosofi Tri Hita Karana. Filosofi ini menekankan pentingnya keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Nilai-nilai tersebut nampak jelas dalam keseharian masyarakat di desa ini.

2.    Nilai perkawinan yang menjunjung kesetaraan

Desa wisata ini menerapkan aturan khusus yang melarang praktik poligami sebagai bentuk penghormatan terhadap perempuan. Siapapun yang melanggar aturan ini akan dikenakan sanksi sosial dan adat. Masyarakat juga dilarang menikah dengan tetangga terdekat karena dianggap sebagai bagian dari keluarga. Menariknya, laki-laki yang menikah dengan perempuan di desa ini akan diperlakukan seperti perempuan dalam konteks tugas adat.

3.    Harmoni arsitektur dan alam sekitar

Penglipuran terletak di wilayah berbukit, di mana area yang paling suci berada pada ketinggian. Jalan utama di desa ini hanya dikhususkan untuk pejalan kaki dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang memiliki desain seragam. Material pembangunan didominasi oleh tanah dan bambu yang ramah lingkungan. Setiap rumah dilengkapi dengan angkul-angkul dan tembok penyengker yang merupakan ciri khas Bali.