Melodi dari Kubur, Musik dan Ritual Penguburan Unik Suku Bali Aga
- https://id.wikipedia.org/wiki/Gong#/media/Berkas:Traditional_indonesian_instruments04.jpg
Alat musik bambu seperti rindik juga terkait dengan tradisi kematian Bali. IndonesiaKaya melaporkan bahwa rindik (gamelan bambu khas Bali) sering dimainkan pada prosesi ngaben (kremasi) untuk mengiringi pemakaman dan menghormati arwah yang meninggal. Meski Bali Aga tidak semua melaksanakan kremasi, penggunaan rindik menunjukkan keselarasan dengan ritual pengantar jiwa. Gamelan angklung Bali Utara yang terdiri dari tabuh bambu bernada lima, terkenal dipakai pada upacara Pitra Yadnya (kremasi) di Bali Utara, sebagai iringan tari-tarian atau upacara kematian.
Suling bambu (penyuling tradisional) juga kadang mengiringi jalan jenazah. Dengan kata lain, wujud melodi kematian di Bali Aga mencakup ansambel gamelan kuno dan bambu yang menciptakan suasana sakral nan liris saat mengenang jenazah.
Dokumentasi dan Pelestarian Tradisi
Berbagai upaya pendokumentasian budaya Bali Aga telah dilakukan untuk melestarikannya. Pemerintah dan akademisi secara sistematis merekam bahasa, tradisi lisan, ritual, dan pengetahuan masyarakat Bali Aga. Misalnya institusi budaya dan universitas mengadakan proyek dokumentasi untuk menginventarisasi upacara adat Bali Aga yang beragam, termasuk pemakaman terbuka di Trunyan dan ngaben unik di Tenganan. Dokumentasi ini penting agar generasi muda tidak lupa warisan leluhur. Situs-situs resmi pemerintah (seperti indonesia.go.id dan indonesiakaya.com) juga menulis tentang keunikan desa adat Bali Aga, mengakui ritual pemakaman mereka sebagai aset budaya.
Melalui dokumentasi (dalam bentuk tulisan, rekaman audio/video, dan penelitian lapangan), masyarakat dan pemerhati budaya berharap melindungi kelangsungan musik tradisional Bali Aga. Misalnya, musik selonding yang sangat sakral dijaga eksistensinya oleh klub seni dan sekolah musik adat. Begitu pula rindik dan angklung, meski tidak eksklusif Bali Aga, terus diajarkan pada upacara-upacara adat. Kesadaran warga Bali Aga terhadap tradisi leluhur sudah tinggi: anak-anak diajarkan mencintai budaya desa sejak dini, dan generasi muda sering pulang kampung untuk turut upacara adat.
Dengan cara ini, meski sebagian tradisi tampak unik atau ekstrim, masyarakat Bali Aga memandangnya sebagai bagian integral identitas dan iman mereka. Dokumentasi modern baik oleh lembaga negara, peneliti, maupun media diharapkan memperkuat upaya pelestarian ini, sekaligus memperkenalkan keunikan musik dan ritual Bali Aga kepada publik luas.