Menyusuri Rasa dan Makna dalam Sepotong Jaja Laklak Bali
- Sri Widari/ Pinterest Link: https://pin.it/2tNKPif5p
Kuliner, VIVA Bali – Membicarakan Bali tidak hanya tentang pantai atau tarian, karena tiap jengkal tanahnya juga menyimpan cerita kuliner yang berakar pada filosofi hidup. Salah satu yang tak kalah memesona adalah jaja laklak, kue mungil penuh makna yang mewarnai kehidupan religius dan keseharian masyarakat Bali.
Jaja laklak merupakan jajanan tradisional yang berasal dari Bali, khususnya populer di wilayah Singaraja, Kabupaten Buleleng. Kue berbentuk bulat pipih berdiameter kecil ini biasanya disajikan dengan parutan kelapa dan siraman gula merah cair, menjadikannya camilan yang nikmat saat pagi atau sore hari.
Sejarah jaja laklak berakar kuat dari kisah spiritual abad ke-15, saat Dang Hyang Nirartha datang ke Bali membawa ajaran Hindu dari Jawa. Dalam perjalanannya, beliau mempersembahkan jaja laklak sebagai bagian dari upacara suci, yang akhirnya diwariskan turun-temurun hingga kini.
Salah satu tempat terkenal untuk mencicipi jaja laklak adalah Warung Laklak Dah Lolet di Denpasar Selatan. Di sini, laklak dibuat dengan cetakan tanah liat dan dimasak di atas tungku kayu bakar, menghasilkan rasa yang otentik dan aroma yang menggoda.