Revitalisasi Bahasa Bali, Aplikasi Mobile dan Konten TikTok Jadi Senjata Baru Generasi Muda
- https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Gedong_Kirtya_museum_exhibition_13.jpg
Gumi Bali, VIVA Bali – Bahasa Bali, sebagai salah satu warisan budaya tak benda Pulau Dewata, menghadapi tantangan serius: menurunnya minat generasi muda untuk mempelajari dan menggunakannya sehari-hari. Di tengah derasnya arus globalisasi dan dominasi bahasa Indonesia serta bahasa asing, upaya revitalisasi kini melibatkan inovasi digital mulai dari aplikasi mobile hingga konten kreatif di TikTok. Bagaimana teknologi ini berperan, dan seberapa efektifkah mereka dalam membangkitkan rasa bangga berbahasa ibu? Simak ulasannya berikut ini.
Mengapa Bahasa Bali Rentan Punah?
Menurut Balai Bahasa Provinsi Bali, vitalitas bahasa Bali mengalami penurunan terutama di kalangan generasi muda, yang lebih memilih berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia atau bahasa asing akibat berbagai faktor sosial seperti urbanisasi, pernikahan lintas budaya, dan interaksi dengan wisatawan asing. Sementara itu, UNESCO mencatat bahwa di antara 707 bahasa di Indonesia, bahasa Bali termasuk dalam kategori “rentan” karena hanya dipakai dua jam pelajaran per minggu di sekolah dan siaran TV berbahasa Bali terbatas .
Aplikasi Mobile: “Kamus Bahasa Bali” dan “Melajah Basa Bali”
1. Kamus Bahasa Bali-Indonesia
Diluncurkan oleh Kemendikbud pada Maret 2024, Kamus Bahasa Bali-Indonesia mendigitalisasi ribuan kosakata lengkap dengan definisi, contoh kalimat, serta fitur offline yang memudahkan pengguna mengakses kapan saja tanpa koneksi internet. Antarmuka sederhana dan pencarian yang cepat membuat aplikasi ini menjadi alat andalan bagi pelajar serta masyarakat umum.
2. Melajah Basa Bali
Karya mahasiswa Universitas Telkom ini fokus pada pembelajaran tingkat lanjut (“Basa Bali Alus”) dengan metode kuis interaktif, histori pencapaian, dan fitur kamus audio untuk melatih pelafalan. Hasil pengujian menunjukkan peningkatan rata-rata skor kosakata pengguna sebesar 35% setelah empat minggu penggunaan rutin.
Konten Kreatif di TikTok: Dari #BaliJani hingga Edukasi Interaktif
Platform TikTok dimanfaatkan untuk menjangkau audiens muda melalui konten berdurasi pendek namun padat informasi.
- @balijanii: Video “Pelestarian Bahasa Bali, Gubernur Koster Ajak Generasi Muda Bangga Berbahasa Ibu” yang tayang bulan lalu menuai ribuan likes dan komentar positif, mengajak pemirsa ikut tantangan #NgomongBasaBali sehari-hari.
- @basabaliwiki: Akun ini memadukan kuis kosakata, trivia sejarah bahasa Bali, dan ajakan diskusi. Salah satu videonya tentang “Mengapa generasi muda sulit belajar bahasa Bali?” berhasil meraih engagement rate 12%, melebihi rata-rata nasional 8%.
- @updatebali.com: Kolaborasi dengan UPTD Museum Masuk Sekolah memperkenalkan budaya Bali melalui “storytelling” bahasa daerah, menembus platform daring dan luring di sekolah-sekolah menengah atas.
Dukungan Pemerintah dan Lembaga Pendidikan
Pemerintah Provinsi Bali, bersama Balai Bahasa dan Dinas Pendidikan, menyelenggarakan berbagai program:
1. Training of Trainers (ToT) untuk 252 guru utama revitalisasi bahasa daerah tahun 2022.
2. Festival Tunas Bahasa Ibu: Kompetisi karya sastra dan unjuk kebolehan berbahasa Bali yang pesertanya mencapai 1.200 siswa dari 9 kabupaten/kota.
3. Program “Museum Masuk Sekolah”: Pengenalan artefak dan cerita lokal dengan media bilingual (Bali-Indonesia) untuk pelajar SMP dan SMA.
Menurut Liputan RRI, kegiatan ini sejalan dengan visi “Pulih Bersama, Berbahasa Bersama” yang menargetkan peningkatan penggunaan bahasa Bali aktif hingga 30% pada 2026.
Dampak dan Tantangan Ke Depan
Dampak Positif:
1. Aksesibilitas: Aplikasi mobile memudahkan belajar mandiri kapan saja.
2. Interaktivitas: Gamifikasi membuat proses pembelajaran lebih menarik.
3. Jangkauan Luas: TikTok mendobrak batas geografis, menjangkau diaspora Bali di luar negeri.
Tantangan:
1. Keterbatasan Konten: Perlu pengembangan materi audiovisual yang lebih kaya (video kelas, podcast).
2. Literasi Digital: Pelatihan bagi guru dan orang tua untuk memandu penggunaan aplikasi.
3. Pendanaan Berkelanjutan: Menjamin update konten dan pemeliharaan server aplikasi.
Langkah Strategis bagi Stakeholder
1. Kolaborasi Multistakeholder: Pemerintah, akademisi, pengembang aplikasi, dan kreator konten harus bersinergi untuk memperluas ragam materi.
2. Inkulturasi di Kurikulum: Integrasi pembelajaran bahasa Bali berbasis digital dalam silabus Bahasa dan Budaya Daerah.
3. Pendanaan Crowdsourcing: Melibatkan komunitas lokal dan diaspora melalui platform donasi daring untuk pemeliharaan aplikasi.
4. Monitoring & Evaluasi: Penelitian berkala terhadap efektivitas aplikasi dan konten TikTok, menggunakan survei dan data analytics.
Inovasi digital melalui aplikasi mobile dan konten kreatif TikTok telah membuka babak baru dalam upaya revitalisasi Bahasa Bali. Dengan dukungan teknologi, generasi muda kini dapat belajar bahasa daerah dengan cara yang lebih menyenangkan dan relevan. Namun, keberlanjutan proyek ini menuntut komitmen bersama, mulai dari pengembang, pendidik, hingga pemerintah daerah. Hanya dengan kolaborasi yang kuat, Bahasa Bali dapat terus hidup dan berkembang di era digital.