Pujawali Pura Luhur Tanah Lot, Ritual Suci yang Menyentuh Jiwa

Pura Tanah Lot Menjadi Tempat Pujawali Pura Luhur
Sumber :
  • https://www.istockphoto.com/id/foto/kuil-tanha-lot-bali-gm15416148

Gumi Bali, VIVA Bali –Pada 7 Mei 2025, Bali akan menyelenggarakan salah satu upacara keagamaan yang paling sakral dan penuh makna dalam kalender Hindu Bali: Pujawali Pura Luhur Tanah Lot.

Upacara ini adalah ritual penyucian dan pemujaan yang dilakukan oleh umat Hindu Bali, yang bertujuan untuk memohon berkat dan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa serta memohon perlindungan dari para leluhur.

Dikutip dari laman www.bali.polri.go.id Pujawali adalah prosesi yang sangat penting dalam budaya Bali, menggabungkan unsur spiritual, budaya, dan alam yang saling berkesinambungan.

Pura Luhur Tanah Lot, yang terletak di atas batu karang besar di pesisir barat daya Bali, menjadi tempat suci yang penuh dengan simbolisme, bukan hanya bagi umat Hindu Bali, tetapi juga bagi semua yang mengunjunginya.

Pura Luhur Tanah Lot: Simbol Keberkahan dan Keagungan

Pura Luhur Tanah Lot adalah salah satu pura yang paling terkenal dan ikonik di Bali. Terletak sekitar 20 kilometer dari Kota Denpasar, pura ini berdiri megah di atas batu karang yang dikelilingi oleh laut.

Tanah Lot menjadi tempat pemujaan bagi Ida Betara Segara, Dewa Lautan, yang dipercaya memiliki kekuatan untuk melindungi Bali dari bencana alam yang berasal dari laut.

Pura ini juga diyakini sebagai tempat untuk memuja Ida Betara Baruna, Dewa Lautan yang memberikan kesejahteraan dan kelimpahan bagi masyarakat Bali yang bergantung pada laut.

Keberadaan pura ini yang terletak di atas batu karang juga memberikan simbolisme yang sangat kuat dalam budaya Bali: hubungan erat antara manusia, alam, dan Tuhan. Batu karang yang kokoh, yang dikelilingi oleh gelombang laut yang terus menerus datang, menggambarkan keteguhan dan kekuatan spiritual yang tidak tergoyahkan oleh tantangan zaman.

Pura Tanah Lot bukan hanya sekedar tempat beribadah, tetapi juga menjadi simbol kedamaian dan kesatuan alam semesta.

Rangkaian Upacara Pujawali Pura Luhur Tanah Lot

Upacara Pujawali diadakan setiap enam bulan sekali di Pura Luhur Tanah Lot. Pujawali memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Hindu Bali, karena selain menjadi sarana untuk memohon keselamatan, upacara ini juga merupakan cara untuk menghormati para leluhur yang telah mendahului dan untuk mempererat hubungan antara umat dengan Tuhan.

Pada 7 Mei 2025, upacara ini akan dimulai sejak pagi hari dan berlangsung sepanjang hari, dengan sejumlah prosesi penting yang dipimpin oleh Pemangku (pendeta setempat).

1. Melasti, Penyucian Diri dan Alam Sekitar

Proses pertama dari Pujawali adalah Melasti, yang dimulai sejak pagi hari. Melasti merupakan prosesi penyucian diri dan lingkungan dengan menggunakan air laut.

Tujuan dari prosesi ini adalah untuk membersihkan segala bentuk kekotoran batin dan tubuh, serta menyucikan alam sekitar pura.

Para umat yang mengikuti prosesi ini akan membawa banten (persembahan) berupa janur kuning, bunga, dan makanan tradisional Bali yang disusun dengan penuh kehati-hatian.

Selama prosesi Melasti, umat Hindu akan berjalan menuju pantai dengan membawa banten sambil memanjatkan doa-doa permohonan kepada Tuhan.

Para peserta kemudian membersihkan diri dengan mencelupkan air laut ke tubuh mereka, yang dipercaya dapat menghilangkan segala bentuk karma buruk atau dosa yang melekat pada diri mereka.

Ritual ini juga dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan antara manusia dan alam semesta, serta memperkuat hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Melasti juga merupakan saat yang penuh simbolisme. Selain membersihkan diri secara fisik dan spiritual, Melasti mengingatkan umat untuk kembali ke asal mereka, yaitu unsur air yang menjadi sumber kehidupan.

Air laut dianggap suci dan mampu membersihkan semua kotoran, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Prosesi ini berlangsung dengan khidmat dan diiringi dengan lantunan mantram dan doa yang menggugah jiwa.

2. Nyekah, Persembahan kepada Leluhur

Setelah prosesi Melasti, upacara dilanjutkan dengan Nyekah, sebuah ritual pemberian persembahan kepada leluhur. Nyekah adalah salah satu bagian penting dari Pujawali, yang melibatkan pemberian banten pejati (persembahan utama) yang terdiri dari berbagai makanan dan hasil bumi yang disusun dalam bentuk sesaji.

Banten ini dipersembahkan untuk menghormati roh-roh leluhur dan memohon agar mereka memberikan restu dan berkah bagi kehidupan umat Hindu yang masih hidup.

Persembahan yang diberikan selama Nyekah mencakup nasi kuning, buah-buahan, bunga, dan berbagai makanan khas Bali lainnya. Semua persembahan ini dipersiapkan dengan penuh ketelitian dan dihias dengan indah.

Para umat kemudian membawa persembahan ini ke altar-altar di sekitar Pura Luhur Tanah Lot, sambil berdoa dengan khusyuk.

Prosesi ini diiringi dengan mantra-mantra pujian kepada para leluhur yang dianggap sebagai penjaga dan pelindung umat Hindu Bali.

Nyekah juga memiliki makna sebagai bentuk rasa syukur kepada para leluhur yang telah memberikan kehidupan dan pengetahuan kepada generasi berikutnya.

Upacara ini mengingatkan umat akan pentingnya menghormati mereka yang telah mendahului, serta menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

3. Ngaturang Banten, Persembahan Terakhir untuk Tuhan

Setelah Nyekah, rangkaian upacara berlanjut dengan Ngaturang Banten, yang merupakan persembahan terakhir yang dipersembahkan di pura utama.

Ngaturang Banten adalah titik puncak dari Pujawali, di mana umat Hindu Bali memberikan persembahan terakhir kepada Tuhan sebagai bentuk rasa syukur atas segala berkat yang telah diterima.

Persembahan ini biasanya terdiri dari nasi kuning, nasi putih, bunga, dan jajanan tradisional Bali yang disusun dalam bentuk gunungan.

Banten yang dipersembahkan dalam Ngaturang Banten adalah simbol dari rasa bhakti (pengabdian) umat kepada Tuhan.

Setiap elemen dalam banten memiliki makna tersendiri, di antaranya nasi kuning yang melambangkan kesejahteraan, buah-buahan yang melambangkan kelimpahan, dan bunga-bunga yang melambangkan kesucian dan keindahan alam.

4. Puja Dharma, Doa Bersama untuk Kedamaian dan Keselamatan

Setelah prosesi Ngaturang Banten, umat Hindu kemudian melakukan Puja Dharma, yaitu doa bersama yang dipimpin oleh Pemangku. Puja Dharma dilakukan untuk memohon keselamatan dan kedamaian bagi umat Hindu Bali, serta untuk menjaga keseimbangan alam dan kehidupan sosial masyarakat.

Doa ini juga dipanjatkan untuk memohon agar Tuhan memberikan perlindungan kepada masyarakat Bali dari segala bentuk bencana, baik alam maupun sosial.

Puja Dharma juga memiliki makna sosial dan budaya yang sangat penting. Dalam doa bersama ini, umat Hindu Bali merayakan kehidupan dan kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka, serta saling menguatkan hubungan satu sama lain.

Prosesi ini menjadi ajang bagi masyarakat Bali untuk mempererat tali persaudaraan, memperbaharui komitmen spiritual, dan menjaga keharmonisan dalam kehidupan bersama.

Keindahan Alam dan Spiritualitas yang Menghanyutkan

Selain dimensi spiritualnya yang sangat dalam, Pujawali Pura Luhur Tanah Lot juga menyajikan keindahan alam yang sangat memukau. Pura ini terletak di atas batu karang besar yang menonjol di tengah laut, menciptakan pemandangan yang luar biasa indah dan mistis.

Ombak laut yang terus menerjang batu karang, serta latar belakang langit Bali yang cerah, menambah kekuatan spiritual yang terasa sangat kental. Keindahan alam ini memperkuat suasana sakral dan mistis dalam setiap prosesi Pujawali.

Para pengunjung, baik umat Hindu maupun wisatawan, dapat merasakan langsung energi alam dan spiritual yang mengalir di sekitar Pura Luhur Tanah Lot.

Pemandangan matahari terbenam di Tanah Lot menjadi salah satu momen yang paling dinanti, karena merupakan simbol dari akhir dari suatu siklus kehidupan yang penuh dengan berkat dan keberkahan.

Makna Sosial dan Budaya Pujawali Pura Luhur Tanah Lot

Pujawali Pura Luhur Tanah Lot juga memiliki dampak yang sangat besar bagi masyarakat Bali secara sosial dan budaya. Selain sebagai ajang spiritual, upacara ini menjadi sarana untuk mempererat hubungan antarumat Hindu, baik yang berasal dari desa setempat maupun dari daerah-daerah lain di Bali.

Upacara ini juga memperkuat rasa kebersamaan dan saling menghormati antarumat, serta mengingatkan semua orang akan pentingnya menjaga tradisi dan budaya yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu.

Keberadaan Pura Tanah Lot dan upacara Pujawali ini juga memberikan dampak positif bagi pariwisata di Bali. Keindahan alam dan kekayaan budaya yang ada di Pura Luhur Tanah Lot menjadi daya tarik wisata yang mendatangkan pengunjung dari seluruh dunia.

Upacara Pujawali tidak hanya menjadi momen sakral bagi umat Hindu, tetapi juga sebagai ajang untuk mengenalkan budaya Bali kepada dunia internasional.

Pujawali Pura Luhur Tanah Lot pada 7 Mei 2025 akan menjadi bukti nyata betapa kuatnya akar budaya dan agama Bali yang tetap hidup dan relevan meskipun di tengah arus globalisasi yang semakin pesat.

Ritual ini bukan hanya sekadar upacara keagamaan, tetapi juga sarana untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh leluhur.

Pujawali mengajarkan umat Bali untuk terus menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan, serta menjadi pengingat bahwa kesejahteraan dan kedamaian hanya dapat tercapai jika kita hidup selaras dengan alam semesta.

Dengan demikian, Pujawali Pura Luhur Tanah Lot adalah sebuah ritual yang mengandung banyak makna, baik secara spiritual, sosial, maupun budaya. Upacara ini tetap menjadi bagian penting dari kehidupan umat Hindu Bali, dan akan terus diwariskan kepada generasi berikutnya.